Sunday, October 16, 2011

Ibroh kependidikan


Ibroh ini penulis sampaikan berdasarkan pengalaman pribadi penulis..
Awalnya begini... jum’at kemarin, 14/10. Pagi pagi, kegiatan pramuka di fakultas keguruan kampus saya mewajikan hal itu, memaksakan si akhirnya.. .entah ada tidaknya pihak yang merasa terpaksa atau tidak.. yang jelas saya berusaha tetap enjoy saja walaupun kenyataannya di SMP & SMA dulu tidak pernah ada Pramuka, yang ada Hizbul Wathan, mbah sekaligus nenek moyang pramuka, jauh sebelumnegara ini merdeka.. terinsirasi dari JPO (javanese padvinder organisation) akhirnya KH. A. Dahlan mendirikan hizbul wathan inni yang berarti “pembela tanah air”, yang memang benar, dibuktikan dengan perannya memerjuangkan kemerdekaan, memeberantas PKI waktu itu yang akhirnya menelorkan Sosok Jendral besar Soedirman yang tidak lain adalah kader, didikan pendidikan kepanduan Hizbulwathan, singkatnya pada masa pemerintahan Soeharto pada tahun 1960-an.. semua kepanduan  dilebur kedalam Pramuka, mau tidak mau karena pemaksaan ini akhirnya HW luluh melebur bersama Pramuka, dibuktikan dengan banyak asas2, preambul, dan juga sistem2,  yang digunakan dalam pramuka,  ssalah satunya yang masi saya ingat adalah dasar darma ke 10. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Akhirnya HW kembali lahir pada 1999 dan akhirnya mulai dikenal kembali di kalangan masyarakat INA, dari pulau jawakemudian meluas ke pulau2 disekitarnya.
Terepas dari masalah sejarah masa lalu itu, yang lebih penting adalah ibroh dibalik semua itu,.,
Singkat crita, saya terlambat dengan indah bersama teman saya yang satu profesi dengan saya, Takmir masjid kampus, dan singkat cerita saya tertangkap basah sebasah basahnya dengan pak T, yang terkenal  berkpribadian keras khususnya terhadap mahasiswa baru seperti kami. Langsung kami disodori selembar kertas utuk mencatat nama kami, ditanya alasan kenapa terlambat, dan jawaban kami adalah sama.. karena hari itu hari jumat, kontan saja secara sadar ataupun tidak kegiatan bersih2 di masjid lebih banyak, karena menyambut shalat jumat, entah bagaimana alurnya, yang jelas saya tidak pernah bahkan berniat mencari2 dan membat2 alasan untuk menghindar dari kesalahan (keterlambatan) saya ini. Saya hanya berkeyakinan dalam diri saya ketika ditanya kenapa capek2 menjadi takmir tau Marbot atau james bond  atau apalah bahasa kerennya. Yang jelas saya berfikir secara sepihak begini; ada banyak orang yang bertanya kepada saya “kenapa harus kuliah dan jaga mesjid? Saya kembalikan pertanyaan kepada penanya tadi : “kenapa kuliah harus ngekos.?? Adakah alasan yang kuat kenapa harus begitu,?  Kenapa harus dari kecil sampai bahkan bangkotan, kuliah masih tinggal dengan orang tua,?. Saya hanya menerapkan rumus yang saya percayai : untuk menjadi orang yang luar biasa maka jalan anda harus tidak biasa. Kalu orang rata2 hanya berbuat sebatas ini, maka kalau anda berbuat yang sama dengan yang mereka laakukan, maka apa bedanya anda dengan mereka?,. sayaingin menginspirasi banyak orang dengan jalan saya, menggerakkan revitalisasi tujuan utam kita hidup, buat pa lagi kalau bukan beramal pada sesama dan lingkungan di sekitar kita??, banyak terkadang organisasi2 sosial, partai politik atau Lembaga dakwah kampus yang sibuk membesar2kan namanya... dst dst..  tapi mereka lupa bahwa masjid kampus sebagai sentral segala kegiataan dakwah mereka pandang sebelah mata. . terkadang kita sibuk mempertanyakan apa yang telah masjid berikan kepada kita, air yang g pernah telat, kamar mandi yang bersih, karpet yang g bau, kipas angin yang urang dingin atau sekedar protes karna sandal atau barangnya hilang lantaran di tinggalkan di masjid, yang kadang dasarnya karena kesalahan mereka sendiri, tidak menitipkan barangnya, atau meninggalkannnya begitu saj karena lupa.. terlepas dari semua itu mereka lupa sebaliknya, apa yang mereka berikan pada masjid?. Seberapa besar kontribusi mereka dalam bentuk materiil ataupin non materiil seperti moril/, dukungan pada pengurus masjid yang sama2 masih menempuh studi, sama seperti apa yang mereka kerjakan di kampus.. bahkan dengan kondisi yang serba dikelilingi oleh keterbatasan contohnya, seberapa besar infak mereka tiap minggu?, dst dst,, pernahkah mereka berfikir hal itu,. Jadi saya rasa sebelum mengkritik dengan penuh sarkasme saya rasa mereka harus merenungkan hal itu. Aaahh.. . . saya terlalu seruius ini rasanya, curhat curahan hati... hehehehe.. .^_^.
  ----
Saya menghadap beliau, langsung menyalami dan cium tangan (trasidi baik FKIP universitas). Yang membuat saya heran sekaligus kaget adalah ketika beliau kontan membentak saya menyindir dengan penuh sarkasme yang kurang lebih menmojokkan saya sebagai Tkamir masjid, saya berharap beliau belum paham. “sudah pulang saja sana!, g usah kuliah aja lagi!, tasbih2 sana di masjid!, pulang sana bersih2in masjid!, .. g usah bawa2 alasan agama depan saya!.” Ya saya hanya bisa menanggapi dengan halus .. “maa pak sebelumnya , pak,, saya Cuma mau ikut kegiatan Pramuka, jadi izinkan saya walupun telat untuk tetap ikut. Jadi saya tidak perlu di maki2 sperti ini pak.. .”
Ya, saya pribadi sih menanggapi semuanya dengan positif, artinya semua kegiatan  yang saya lakukan tidak kemudian mengabaian kegiatanwajib di kampus.. saya paham betul itu.. tapi cara beliau dealing w/ the situation itu yang saya kecewa alias tidak suka.. kekerasan itu adalah cara paling uuuuuaaakhir yang kira2 paantas untukdigunakan , saya rasa tidak pernah ada situasi yang akan kelar denganmengutamakan kekerasan atau otot terlebih dahulu daripada otak.. coba kita ingat2 kenapa otak kita lebih besar daripada kepalan tangan kita? Itu artinya seharusnya kita mendahulukan penggunaan akal yang lebih efektif daripada tangan dan teman2nya.
Kemudian saya langsung pergi memenuhi permintaan beliau, nmun kemudian tetap ikut kegiatan pramuka tanpa sepengetahuan beliau.  Karena menurut saya buat apa saya bela2kan tetap piket tiap pagi apalagi hari itu hari jumat yang notabene kegiatan penyiapan shalat jumat sudah sejakpagi, n tetapsaya semangat ikut kegiatan.. malah diminta pulang,, mana yang di sebut pendidikan bagi saya hari itu.. ?? ckckc..  saya kemudian merenung.. lagu himne Guru terngiang kembali di telinga saya.. satu2nya profesi yang punya laagu yang dinyanyikan bahkan dari anak2 kecil ato mungkin anak yang masi dalam kandungan yang ibunya guru dan “cukup fanatik” dalam hal profesinya kemudian  memperdengarkan lagu tersebut kepada anaknya.. hahaha. . sampai2 anak2 kuliahan bahkan yang sudah tua2 (karena profesinya guru).. hehe. .. tapi yang lebih penting lagu itu yang “cukup” memebuat saya merinding.
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup
Dalam sanubariku
Sebagai prasasti trimakasih ku tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk
Dalam kehaausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa.
**maafkan kalau ada yang sala h dalam pengetikan atau apapun itu, saya dulu mendengar ini hanya ketika SD saja..
Akan kah teman2 yang sudah yakin dengan ikhlas sepenuh  hati mengabdikan diri menjemput profesi sebagai guru bangsa... ikut membantu mencapai visi mentri pendidikan untuk mencerdaskn bangsa, secara komprehensif dan kompetitif.. dst dst,, saja jujur merinding mendengar lagu ini, dari awal kita sudah dipuji2.. penuh dengan penghargaan terhadap profesi yang akan temen2 jalani kelak, saya yang mulai membuka diri untuk berdamai dengan kubangan takdir yang saya jalani sekarang saja berfikir.. 
Akankah nama kita sanggup selalu hadir dalam sanubari ank2 didik kita kalau yang dirasakan anak didik kita adalah ke-mencekam-an, ketakutan, kegelisahan, ketidaknyamanan dan seterusnya dan seterusnya?,
akankah kita sanggup menjadi pelita dalam hati anak2 didik kita kalau apa yang dilakukan anak didik kita ketika bertemu dengan kitaa adalah ketidak enak.an di wajah kita, ke-cmberut-an tiada terkira?. Ketika apa pembelajaran yang kita sampaikan sangat jauh dari profesionalisme, malah nantinya membuat anak didik kita semalaman tidak tenang dalam tidur, memikirkan akan diapakan besok ketika tidak bisa mengerjakan soal dari ibu/bapak guru.. ??
iyakah kita sudah menjadi embun penyejuk dalam kehausan anak didik kita akan ilmu2 yang justru hanya dengan kelebihan anak didik kita dalam berbicara (ribut) kemudian kita putus asa dalam menanganinya? Overcome dengan kondisi yang justru sangat membutuhkan kehadiran temen2 sebagai guru?. Sudah siapkah teman2..? 
mari kita sama2 merenung... .
benarkah kita  patriot pahlawan bangsa yang dengan tambahan kta “tanpa tanda jasa” semakin menyudutkan saya secara pribadi.. entah bagaimana dengan teman2.. saya pikr kemudian kalau motivasi temen2 untuk jadi guru hanya untuk mencari gaji dobel, tunjangan2 keamanan hari tua, aman anak istri karena dijamin negara,dst dst.. yng kemudian di tutup2i dengan niat yang kadang kita rekayasa supaya terlihat cukup mulia ;mencerdaskan bangsa, beramal, dst dst..  saya rasa teman2 tidak siap dan tidak pantas berada di lingkaran “setan” pendidikan ini..

jangan salah sangka kawan.. buka mata dan hati teman2..  jujur pada diri sendiri iyakah lagu sakral diatas pantas dinyanyikan dan di alamatkan kepada kita sebagai calon guru..?? yang jelas2 nantinya, ujng2nya, atau se-engga-nya berazam dari awal untuk jadi guru..???  sebuah tanda tanya besar yang teman2 harus jawab.. . .







Do the best n leave the rest (to god).

Visitors

BUKU TAMU

Pop up my Cbox
Powered by Blogger.

Followers