Saturday, April 28, 2012

dakwah lagi dakwah lagi :D.



INTEGRASI STRATEGI JITU ISTI’AB
DEMI DAKWAH YANG BERKESUKSESAN

Oleh
Ave S. Fauzisar
(Fauzisar El-Lambunjiy)
1113024007

Diajukan sebagai penugasan fikriyah LKMI-TM 2012





Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Lampung
Bandar Lampung
2012

Bismillahirrahmannirrahim..
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Ikhawani fillah rahimakumullah…
Penulis teringat dengan sebuah pribahasa yang berkembang dalam masyarakat, “Kejahatan yang terencana akan mengalahkan kebaikan yang tidak”. Artinya apa?, pernyataan diatas menjadi salah satu yang memotivasi kaum-kaum yang nyata memperjuangkan kebathilan berdalih akan mengalahkan kebaikan yang selalu memproklamirkan bahwa “Tenang saja saudaraku, kebaikan akan selalu menang”. Dan saya salah satu yang membenarkan pernyataan diatas. Kenapa bisa seperti itu?. Saya yakin, di belahan bumi manapun, sesuatu yang terorganisir dan direncanakan secara rapi, akan ada kemungkinan presentase keberhasilan di dalamnya daripada sesuatu yang asal-asalan, tidak ada aturan dan batas-batas yang jelas. Ibaratnya seperti ini, yang terencana saja belum tentu berhasil, apalagi yang tidak sama sekali. Termasuk hidup antum semua. Apa yang antum akan lakukan setelah membaca tulisan ini, kebaikan apa yang antum akan rencanakan untuk hari ini? Sudahkah itu tertulis dengan rapi?. Kalau itu semua belum. Maka segeralah saudaraku, saya yakinkan, kebaikan belum tentu akan menang melawan kebathilan, sejelas dan seterang apapun kebaithilan tersebut. Dengan sedikit propaganda, dan dasar yang di”abu-abukan” maka akan sangat mudah kebaikan itu bertransformasi menjadi “musuh” bersama.
Ibarat dalam film-film action, Penjahat akan selalu selangkah lebih maju daripada polisi. Nyatanya memang seperti itu, saya katakan, mereka akan punya seribu juta cara untuk “memaksakan” dengan halus tujuan mereka. Rencanakanlah dengan rapi maka engkau dicintai Allah :
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bewrperang di jalannya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan suatu bangunn yang tersusun kokoh.” (As-Shaff: 4).
Dalam ayat diatas dalam shaf-shaf bisa di artikan dalam plot-plot masing-masing, keahlian dan keberagaman masing-masing yang tersusun rapi, dibariskan dan diorganisasikan dengan baik. Sehingga terlihat kekokohan suatu kelompokatau organisasi tersebut bahkan dari luar. Kepemimpinan, teladan berdakwah, semuanya bisa kita ambil pelajarannya dari Shalat berjamaah, kenapa ia 27 derajat lebih besar daripada sendirian?, teladanan imam atau pemimpin bisa juga kita ambil pelajaran lewat shalat, imam yang bersedia diingatkan, makmum yang tidak boleh medahuli imam, kapasitas imam yang eperti apa yang layak memimpin sholat berjamaah, dan lain sebagainya. Bershaf-shaflah! Sehingga membuat orang kafir segera berfikir kembali untuk menyerang kebaikan tersebut, dalam hal ini Dakwah kita. Seperti salah satu dari mereka berkata “saya tidak akan takut pada umat islam kecuali shalat shubuhnya sudah seramai shalat jum’atnya, artiny kita disini sebenarnya dinanti-nantikan, dan kita nyata disini dalam kesantai-santaian?. Jadi saya katakan ini(perencanaan) adalah  sebuah keharusan. Oke, saya akan meyakinkan anda kenapa ini penting dalam beberapa premis untuk menghilangkan kata “HARUS”.
Ketika dalam satu hari anda tidak merencanakan apa yang jadi target (saya analogikan sebagai laporan praktikum) anda untuk anda selesaikan, maka;
1.      Anda akan kehabisan waktu untuk mengerakan laporan, bahkan untuk sekedar merencanakan kapan akan anda kerjakan
2.      Kalau anda kehabisan waktu, banyak hal baik lain yang akan terlewatkan, waktu anda tidak terencana, akan ada tugas lain yang terkurangi dan terabaikan waktunya.
3.      Anda akan mengerjakan tugas itu H-1 dan anda kan begadang, memforsir mata anda. (padahal besok, selain praktikum, ada Kuis MatDas juga.
4.      Oke, anggap saja anda kesulitan daam mengerjakan Kuis walupun anda selsesai dengan laporan.
5.      Jelas, anda kesusahan dan toh, akhirnya nilai matdas anda Jelek.
6.      Nilai matdas jelek, maka beribas pada hasil KHS akhir (anda belum berubah untuk merencanakan waktu anda).
7.      Nilai KHS jelek, anda terpaksa mengambil mata kuliah yang sama di semester depan.
8.      Otomatis, waktu lama kuliah anda akan semakin lama.
9.      Ketika anda lama untuk  selesai kuliah, semakin lama anda dapat pekerjaan tetap dan gaji tepat.
10.  Semakin lama dan susah  pula lah anda cari istri, karena pada dasarnya (ya, taulah anda,. Wanita)..
Kesimpulannya : saya lebih baik merencanakan waktu saya mengerjakan tugas (praktikum), daripada saya semakin lama dan susah cari istri.  Hehehe :D.
Begitupula dalam dunia dakwah yang menuntut adanya perencanaan yang strategis, rekrutmen, pembinaan dan pemetaan semuanya kudu terstruktur, di jelaskan fase dan di matrikskan kapan semua itu akan dicapai. Dalam buku Istii’ab oleh Fathi Yakan, di jelaskan oeh belianu bahwa keberhasilah dakwah sangat ditentukan oleh Isti’ab. Isti’ab yang say maksudkan disini adalah Rekrutmen yang harus kemudian mempunyai kemampuan untuk menarik masyarakat pada islam dan pergerakan yang ada, karena pada dasarnya tujuan kita hanyalah murni bentuk dakwah itu sendiri, yaitu da’a –Yad’u  yakni mengajak. Urusan ter-ajak atau dapat hidayah tidaknya sasaran atau objek dakwah kita, semuanya kita kembalikan kepada Allah azza wajal, namun, kesempurnaan (ya, saya bilang kesempurnaan) dalam Ikhtiar kita yang jelas akan menentukannya. Seperti saya katakan sebelumnya, ini untuk menaikkan presentase keberhasilan kita, daripada tidak sama sekali. Seperti kata pepatah barat katakan “Better late than Never”, Lebih baik telat (dalam merencanakan), daripada tidak sama sekali.
Betul, tidak ada paksaan dalam islam, “la, ikraha fiddin…”namun sebenarnya peran Da’I disini sangat diuji, bagaimana seorang da’I dapat merekrut masyarakat yang ada di sekelilingnya dengan “kemampuan untuk memaksa mereka secara halus”, dengan berbagi kapasitas dan syarat-syarat keberhasilan dakwah yang ia punyai, maka dakwah akan berhasil, tidak mandul. Sebaliknya jika dakwah tidak memiliki da’I yang mempunyai kemampuan dalam isti’ab untuk merekrut masyarakat, maka dakwah akan gagal, sampai ada da’I lain yang diutus Allah untuk menyeru masyarakat itu atau aka nada “dakwah” lain yang jelas sangat tidak sama dengan lainnya. Inilah sunnatullahnya akan terus berlaku:
“…Dan kamu sekali-kali tiada kan mendapati perubahan pada sunnatullah.” (al Ahzab : 62)
“.. Maka Sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian dari sunnah Allah, dan sekali-kali tidak pula akan menemui penyimpangan bagi sunnatullah itu.” (Fathir : 43)
Artinya, selain perencanaan eksternal, kita pula kudu memperhatikan internal dari lembaga dakwah kita, atau bahkan diri kita masing-masing untuk memproyeksikan, benarkah dakwah ini layak menemui keberhasilan jika kondisi saya seperti ini, seperti itu?. Mari kita renungkan.
Jadi secara umum penulis gambarkan, tidak bisa kita mengikuti pribahasa “sudah..Biarkan saja mengalir seperti air”. Saya katakana tidak bisa. Air itu selalu tidak pernah bisa konsisten berjalan di jalannya, terlalu mudah dibelok-belokkan, air jernih sekalipun ketikajatuh di tempat pelimpahan, atau pembuangan, hasilnya akan sama saja. Tapi jadilah air untuk konsistenitasnya dapat bahkan memecah batuan sekeras apapun itu.
Wallahu A’lam Bissawab,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Fauzisar El- Lambunjiy,
14 April 2012. Pukul 06.00 AM.

Visitors

BUKU TAMU

Pop up my Cbox
Powered by Blogger.

Followers