Wednesday, March 14, 2012

Masalah itu ibarat cucian!


Assalamualaikum... salam sejahtera sob..


Minggu ini gue dapet sosok guru yang mengagumkan. , dosen ding,  jarang2 ada dosen kaya begitu lho, , . ckckc. Baeeeek... baget. Dosen Matdas 2, Bu Nurhanurawati. Sangking  baeknya ni, temen yang belum bisa ngerjain soal integral tu, diajarin di depan, pelan-pelan banget dengan telaten dia ngajarin kaya kembali di SMA rasa2nya dah, ckckc.. merasa kagum dengan tingkah si dosen ini, akhirnya gue berinisiatip buat nulis ni tulisan (ape hubungannye?)..
Awalnnya begini, gue lagi ol-an di tengah kuliahnya dia(dan ini biasanya gue lakukan di setiap mata kuliah yang “aman” menurut gue), so, selalu, singgasana tempat gue duduk selalu di belakang, Cuma kadang2 aja di depan, kalo kepaksa, ya, buat gue itu cukup idealis buwat gue, kenapa? . Karena gue pikir di duduk depan tu cakupan pandangannya g luas, coba lo bayangin pas lo tanya, dan lo ada di depan, maka orang di belakang lo akan otomatis udah bisa ngelihat lo, tapi laen cerita kalok lo di belakang, orang2 di depan lo akan nengok ke arah lo, dan gue suka itu.hahaha. .
Ya, gue lagi ol dan lagi banyak bahasan di banyak surat kabar online, banyak kasus suicede alias bunuh diri belakangan ini. Aneh?. Tidak-sama-sekali. ini fenomena lama. Ah.. lagu lama, depresi,à  bunuh diri. tersinggungà bunuh diri. diejekà bunuh diri. g bisa bayar utangà bunuh diri. bahkan yang paling parah nih, telat kuliah, diusir dosenà bunuh diri.  dst dst. banyak faktornya, ada yang karena faktor genetik (nah gue baru tau ni, sumpah, ternyata ada gen2 dalam diri kita yang kita bawa dari nyeprot lahiran, “ngajak” kita untuk bunuh diri), masalah sekolah, masalah keluarga, keuangan, sosial yang pokoknya banyak menimbulkan depresi atau menimbulkan tekanan-tekanan tertentu yang membawa kita ke arah gerbang bunuh diri. Nah, takutnya gue nih, ntar, orang yang mau bunuh diri (kan lagi nge-trend ni) alasannya Cuma satu... apa?. ISENG. Iya gue ntar tanya “men, ngapain lo mau bunuh diri?” (ceritanya ni si Emen gagal bunuh diri gara2 kepleset, dan malah nyonyor bibirnya nyium kursi, g jadi deh. Karena die pikir gak keren mati dalam keadaan ndoer,..haha)
“g men, gue iseng aja, pengen tau, gimana sih rasanya orang bunuh diri?. Katanya kan lagi trend.”(masa gue dipanggil “men“ juga)
“nah parah ni anak.” Ujar gue dalem hati.
Awalnya gue kagum, beneran lho, orang bunuh diri itu gue pikir ‘keren’ ,  lho gimana enggak, mereka   berani menempuh jalan yang mereka belum tau jalan yang akan mereka tempuh, “setelah mati, gue kemana?” surga?, Neraka?, reinkarnasi?, itu semua kan jalan yang belum kita tau secara real, belon bisa kita nalar lewat penjelasan ilmiah. Dan orang yang bunuh diri ini berani melibas itu semua, menerjang  jalan  yang masih abu2, die aja g tau mau kemana setelah itu, coba bandingin ma jalan hidup yang asih pasti2 aja, . .
artinya, mereka berani mati tapi, kenapa  gak berani untuk hidup?. Padahal hidup kan punya peraturan yg jelas. Kenapa mereka malah memilih ketidakjelasan?
Bayak orang yang bunuh diri sebenarnya hanya ingin menyelesaikan masalahnya, kata2 seperti “gue udah gak tahan lagi!” dan kawan2nya, jadi sebenarnya mencerminkan bahwa dia pengen lepas dari masalah ini, tapi entah karena apa jalan bunuh diri yang terlintas dipikirannya. Banyak penelitian dari para psikolog hanya dapat menjawab pertanyaan alasan mengapa si A bunuh diri, apa motifnya dsb. Tapi belum menyentuh pada pernyataan kenapa “pikiran” bunuh diri itu bisa-bisanya  terlintas di pikiran si A tadi, karena bisa saja si A ini bunuh diri padahal hari sebelumnya dia sangat ceria sekali  dan sama sekali tidak mengindikasikan dia akan bunuh diri. Jadi penjelasan para psikolog belum bisa menjawab “bagaimana kita bisa membedakan si A akan bunuh diri ketimbang si B?”. Dengan kondisi yang saya terangkan diatas.
Saya gambarkan orang dalam posisi “hampir-hampir” bunuh diri, seperti garis bilangan. Posisinya sedang terkena masalah, dalam posisi -9 (karena dia down, juga rugi), maka dengan munculnya itikad untuk bunuh diri ia berharap nilainya akan kembali pada angka 0 yang justru lebih baik dari -9, kalaupun bertambah menjadi -10 maka ia sudah sama sekali tidak merasakannya (karena die bakal mati. #catatan : kalo rencana bunuh dirnya gak gagal), karena beranggapan bahwa kisah hidupnya, ibarat film dalam televisi, ketiika tombol off sudah di pencet, hilang sudah lanjutan film itu, seburuk apapun kondisi yang menerpa pemain utamanya, itu sebenarnya mungkin yang dipikirkan orang yang hendak bunuh diri. Tapi harus kita sadari bahwa hidup bukanlah garis bilangan ataupun film dalam televisi, tidak bisa sesederhana itu (it’s not that simple), bagi saya ketika saya menemui masalah, saya mengibaratkannya sebagai cucuian;  piring, baju DLSB. Semakin banyak masalah yang ada, semakin lama kita menundanya, maka masalah akan datang(ini tidak bisa dipungkiri) terus menerus dan akan menumpuk, layaknya cucian gue(balik lagi ke Gue2 an. :D) lantas akan semakin bau, bau dan bau berkali-kali hehehe..
Jadi, intinya, bagaimana kita dealing with this situation?, bagaimana mencegahnya (tentu saja, karena korban bunuh diri tidak bisa diobati), saya akan coba berfikir dulu, tunggu di tulisan saya selanjutnya y... g, bercanda, soalnya gini sob, masalah ilmu dari psikologi belum bisa menyelesaikan kasus (kalo gue si, ini gue anggap kasus) ini, kenyataannya sob, dunia psikolog secara halus me-monggo-kan orang yang mau bunuh diri kalau itu yang mereka mau,(parah kan?) dan berfikir itu lebih baik bagi calon bunuh diri yang selanjutnya disebut CABURI, yang jelas kita harus mengidentifikasi dulu “kenapa mereka bunuh diri?”, kemudian baru, saya akan membahas alam kematian yang  banyak dilupakan orang, karena pada dasarnya, agama ‘agaknya’ dijauhi untuk menjadi rujukan menjawab pertanyaan “kemana kita setelah mati?” karena masalah objektifitas(katanya). Berikut saya kutip pernyataan yang bagus berkaitan dengan tulisan saya ini :
“Mereka lupa atau pura pura bodoh bahwa alam sesudah mati tidak mungkin diteliti dengan menggunakan metoda ilmiah melalui eksperimen dan pembuktian. Padahal mereka tahu bahwa dalam banyak hal eksperimen hanya menempati porsi yang sangat kecil dalam pembuktian ilmiah. Yang paling banyak dipakai dalam menyusun sebuah teori ilmiah adalah justru logika, analogi, dan argumentasi.
Kesalahan yang paling tidak mereka sadari adalah ketika mereka menerima data atau informasi hanya dari hasil eksperimen. Padahal sangat banyak sumber data lain yang bisa diolah untuk memperkuat teori yang akan dibangun.

Informasi mengenai kematian hanya terdapat dalam buku buku agama. Beberapa Ilmuwan secara arif memasukkan informasi dari buku agama tersebut sebagai sumber tambahan ataupun sebagai pembanding.  Karena eksperimen tak bisa dilakukan maka dalam masalah alam kematian ini, sumber informasi dari buku agama tersebut bukan lagi berfungsi sebagai bahan tambahan ataupun pembanding melainkan menjadi sumber informasi utama.

Tetapi bukankah buku agama itu banyak macamnya dan memberikan informasi yang satu sama lain berbeda?

Memang benar banyak orang meninggalkan sumber agama karena alasan itu, tetapi Tuhan menciptakan manusia dilengkapi dengan akal pikiran. Dan beberapa orang yang berfikir lebih cepat segera menggunakan akal pikiran tersebut untuk meneliti semua naskah agama yang saling berbeda itu.

Penelitian yang dilakukan adalah mengenai Otentisitas, Originalitas naskah / buku agama tersebut kemudian menyimpulkan argumentasi terbaik yang diberikan buku buku agama tersebut. Beberapa penelitian yang dilakukan mengerucut pada tiga kitab suci terbesar yaitu Taurat, Bible dan Al Quran. Dan dalam banyak penelitian dan diskusi pemikiran yang berkembang adalah bahwa dari ketiganya yang paling bisa dijadikan pegangan adalah Quran. Meskipun bukan berarti Taurat dan Bible tidak memuat informasi yang dibutuhkan. Namun dari segi konsistensi logika, kesesuaian dengan sains modern serta keaslian teks memang diakui bahwa Al Quran menempati urutan pertama.
Dan inilah hasilnya:
Bunuh Diri = Berpindah Menuju Kondisi Yang Jauh Lebih Berat Dan Lebih Panjang Masanya

Ketika orang mengetahui bahwa bunuh diri bukan berarti off sebagaimana televisi maka dia akan bertanya lebih lanjut,"Lantas apa yang dialami manusia setelah mati?"

Orang mati akan hidup di alam kubur sampai hari menghadap Tuhan yang menciptakan manusia. Orang yang mengikuti aturan aturan Tuhan dalam Quran pasti mendapati hidup yang baik pasca kematiannya, dan orang yang melupakan Tuhannya pasti mendapatkan kesengsaraan berlipat lipat dalam waktu yang lama baik di alam kubur maupun di neraka.

Bunuh diri berarti berpindah dari alam dunia yang masih bisa kita perbaiki ke alam yang di dalamnya tidak lagi ada waktu untuk bertobat memperbaiki diri.
Bunuh diri berarti membuang kesempatan umur untuk memperbaiki diri (bertobat) yang masih diberikan tuhan
Alam kubur dan neraka adalah tempat paling buruk yang menyengsarakan tanpa bisa diperbaiki.
Seperti itulah yang diinformasikan oleh Al Quran mengenai hidup sesudah mati
Jika pengertian ini dipahami oleh setiap orang maka tidak akan mungkin muncul keinginan untuk mati. Orang akan berpikir,... setidaknya selama masih hidup kita masih punya kesempatan untuk memperbaiki diri. sebab kalau sudah mati kesempatan itu tak ada lagi. Seberat apapun kondisi seseorang di dunia, itu masih lebih baik ketimbang mati karena di dunia masih ada kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik. Bagi yang sudah baik bisa lebih baik lagi, bagi yang belum baik bisa berubah menjadi baik.

Dalam Quran Allah menyediakan ampunan bagi siapa saja yang mau memohon ampun dan memperbaiki diri. tidak peduli seberapapun besarnya kesalahan orang itu.
Jadi tidak perduli siapa anda, berapa umur anda dan berapa banyak anak yang anda punya(lho), kalau masih terlintas  pikiran2 “jorok” untuk bunuh diri, maka segeralah......
Segerakanlah, untuk bertobat dan  berkeyakinana untuk memperbaiki semua kesalahan kalian, ingat pesan saya tentang cucian, eh.. maksud saya tentang tidak ada sakit yang tidak ada obatnya, tidak ada masalah yang tidak ada penyelesaiannya titik( O, maksud saya) (.)
Wassalamualaikum.
Sekian, dan terima kasih. 

Visitors

BUKU TAMU

Pop up my Cbox
Powered by Blogger.

Followers