Thursday, July 28, 2011

tribuana 1

aku bersua kau lagi
di selat yang sama dan getar
rindu yang sama
seolah sekolah kita kemarin menguap
diatas punggung lebar mu
kita hanya sama tersungkur
terlebih aku, sekalipun kau menaikkan jutaan
dosa berat anak bumi
di tepi tengkuk mu
putih hitam atau hijau pun bukan soal
bukan rambu
yang bisa kita tuai
biarlah itu dikalang untuk samudra kita
tapi apatah yang kita bisa ambil sepagi ini
biarlah menjadi penolong kita
dari panggungMu yang lebih luas

tribuana 1, selat sunda
3 juli 2011

fauzisar el lambunjiy

Nyanyian yakin

mari menarikan angin buritan
ke otak kita
sejenak menjernihkan sup kaldu
pikiran dari buai nestapa lara
sudah kutebar sudah dedaunan sukmaku
pada segenap ilalang laut
yang membentang padang samudra luas
tempat bernaung dan berburu pulau pulau
rinduku sejak pagi
jauh sebelum desau angin ini meningkahi selendang mu
dan pikirku terbawa gelombangnya
asik sekali
hidup ku dan hidungmu tak jauh beda
ringsek menumbuk dinding takdir
dan entah kenapa
gemuruh ini semakin kuat
jadilah kita menunggang diatasnya
di garis nyanyian yakin
3 juli 2011
tribuana 1, selat sunda

fauzisar el lambunjiy

perselisihan rumah Nya

matahari di sebelah kanan
pipi bukit yang salah ketika kita
meragukan shalat zuhur kita
Tak nampak lagi derita selat
di mushala ini
bagaiman lelaki berjubah itu
menghakimi semua ini?

benar,. manusia bukan tempatnya benar
mereka hanya berikhtiar

toh ini tidak begitu prinsipil
tidak.. tidak juga sampai lelaki itu tidak membenarkan apapun
hanya sisa yang salah

fauzisar el lambunjiy
1 juli 2011

Tidar wangi

Rindu rindang itu kembali datang
dengan segena rayuan menggoda
dengan berlarik larik kearifan dibalik palu
dan batu yang mulai mendair
Dipetik api kecemburuan dan adu jago

Meranggaskan ukhuwah
Mengkerdilkan amanah dan mengucilkan haq
Sejajar dengan bengah resah
Disisakan semu rayuannya


Dalam tidar wangi
Kerinduan itu kembali melaju
kecuali mengantarkan adik bulan
kepangkuan pelipis melati
dalam terasnya

fauzisar el lambunjiy
26 juli 2011



Sunday, July 24, 2011

Refleksi idup (mb uh part berapa)..


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,.  ^_^!!


“Yaaa.., begitulah hidup… kadang manis .. tpi kadang juga pait.. tapi,,, kalo itu smua di syukuri,., adaaaa aja manisnya,,, “ .. begitulah  bunyi salah satu iklan komersial rokok  di negri ini.. . yang sebagian penduduknya merangkap sebagai pegawai lokomotif.. guru ya lokomotif, pegawai ya lokomotif, kiyai jg lokomotif, petani juga lokomotif, bahkan pengangguran pun.. lokomotif. Banyak juga orang yang hidup dari lokomotif orang… pedagang asongan yang jualan rokok misalnya..  pekerja di pabrik rokok yang berjuta2.. .jadi jgn pernah membayangkan kalau rokok itu tidak pernah ditemukan menggantung di mulut2 lokomotif.. bisa2 negri kita ini banyak pengagguran.. juga yang lebih jelas bahwa omset pajak pemerentah juga bakal turun.. lihat aj label rokok yang tambah hari tambah hari tambah bermacam2.. bukannya berkurang//.. tapi mitu semua juga berbanding dengan kemampuan ekonomi masyrakat dalam merokok,… walopun giat2nya g di perhitungkan,..  la h udahan aa bahas rokoknya… yang akan kita bahas bukan itu.. .tapi ini tentang curahan hati saya.. .. hehehe.. 
Hari ini,,  saya tam bah bingung.. .kuliah aja susah sekarang mah.. apalagi di fakultas rame macem kedokteran..  banyak factor ..  bkan hanya intelegensi.,., tapi juga  biaya yang berperan di sana sini,, ,tapi bagi saya yang  bercita2 sebagai dokter dari kecil.. tanpa bujuk rayu gudangan ato doa seorang sepuh ketika menimang2 saya.,. . tanp[a tendensi.. jujur apa adanya,,  bukan karena asumsi dangkal masyarakat.,,  tau lah.. temen2 tau sendiri,,  apalagi gengsi… jiwa calon dokter begitu akrab dengan hati saya.. .pengorbanan,,, kerja keras,, tanggung jawab, keikhlasan,,  ketulusan..  dan laen sebagainya,,, *hueeek..  tapi bener.. . being a doctor is more than what people thought..  ya susahnya kuliah di fak kedokteran sudah cukup saya rasakan.. apalagi itung2 saya lulusan MA,, wlopun cma ngaruh dikit,, ato g ngaruh sama sekali… tapi icip2 itu pnah saya enyam,,. Tidak kurang dari 10 fakultas kedokteran di sluruh negri ini pernah saya coba,,. Saya tidak pernah berprasangka buruk pada Nya. . simple aja,, saya berusaha,. Sisanya saya serahkan Beliau.. do the  best n leave the rest.. . saya juga udah pasang dekeng juga un tuk kemungkinan teruruk ,, bahwa yaa,,,, jalan manusia kea rah sukses itu banyak,,, g hanya lewat jalan kedokteran itu,,  ingat jg bahwa keuasa allah untuk mengarahkan takdir kita sangat harus kita perhitungkan.. .. jadi berfikirlah yang idealis ,,, tpi bertindaklah yang realis,,,  kadang tidak semua yang kita inginkan harus ada di depan mata kita,,, bayak hal yang tidak terduga di dunia ini,, , bukan melulu hanya  jodoh,, tpi juga rejeki,, n maut kita yang sama2 kita renungkan bersama,, ,  pada akhir nya saya kembali pada rumusan bahwa ya.. manusia hanya bisa ber-ikhtiar.. yang punya kuasa menentukan hanya Allah t’ala zat yang tidak pernah tidur untuk memeluk mimpi2 kita,.. saya akan tetap berjanji dan bersemangat untuk berusaha bergumul dalam kubangan takdir saya yang di siapkan Nya,.. smoga kita sama2 bisa tetap menggandeng tujuan utama hidup kita,, yakni beribadah padanya,, tidak yang lain.. baik ibadah mahdoh yang utama juga ibadah ghairu mahdoh yang jgan sampai kita pandang di belakang mata,,, syafakallah,, barakallah atas kita semua,.. wassalamualaikum,.

Friday, July 15, 2011

Putih II

Putih II

Malam ini,
Dunia belum ditepuk kiamat
Tapi hati belum yakin kecuali jawaban
bulan dan memantapkan pesonanya
Lihatlah. Putih tegak lurus lingkarnya
Seputih ujung-ujung kamboja
Di sela sela makam jumat ini

Jalan menurun itu sudah di hadang nisan
Namun membebani sendi
dan sulur yang kutarik tadi pagi dari pangkal purbanya
merebah,…
bahwa jalan itu terlalu mudah
juga yang ini


Jogjakarta, 19 mei ‘11
Fauzisar el lambunjiy

Hati II

Hati II
Subuh dan keruh selendang kabut
bukan sebaris tembok tinggi sepagi itu
yang menghambur melahap tujuku

Kulihat bulan sebiji kuku malam lanjutnya
Melengkungkan keningnya disamping Randu
Semburatnya tak sempat memantul lantai persawahan
Dan semakin meragu di tepian kubangan hatimu

Aku jujur meragukanmu
Meragu sehelai dua hatimu
yang tercecer dekat pematang mata kakimu
Dan sehelai lagi tergantung di ladang sukmamu
Aku kembali meragukan kedatangan senja biru itu
Meragukan semilir punggung panggung pertunjukan angin itu
Kemudian tak lama menguap melaju biru laut anganmu

Aku kembali meragukan merah hitam malam hujan matamu
Hati yakinku hanya sasar mampir di berandamu
Menanyakan kepemimpinan gubuk hatimu


28 juni 2011
Fauzisar el lambunjiy


Putih I

Putih I
Bada isya’
Dan bulan mulai memintal
kabut di sekelilingnya
Adalah selendang yang ditingkahi
ributnya getir samudra dan renda angin
Sampai subuh nanti
biasnya diteruskan hingga ujung ujung
Kamboja yang menahan diri menarik
keluar kuncup yakin bunganya

O, lingkaran diatas malam itu
Berobah
Menjatuhkan pendarnya
Sementara berlapis lapis langit di bawahnya
Bertasbih berbiji biji
Dan putihnya hanya berkelebat pergi dari
Tiap ubun ubun
Sama, kecuali tanpa bekas

Jogjakarta, 16 mei 2011
Fauzisar el lambunjiy

Kubangan takdir

Hatiku pada cemong selat takdir
Diombang-ambingkan garam lautnya
Mengingat rapuhnya malam itu
Kubangan takdir sama tiada berkaca
kecuali berbalas gelap

Seiyanya mataku tak pernah
meratap matahari pecah
di lalap ujung ujung nyiur kelapa senja
Aku tau airnya hanya membendung
Kemilau adek bintang, kakak bulan
yang akhir pekan ini tiada tegak di awan awan
lapang rebah takdirku

Hatiku diatas perjalanan nadir
Sementara hidungku menangis
mengeja sebagian biji menanjak bingkai grafitasi
Tumbuh mengakar diatasnya
Namun tiada kecewa sebiji kuku pun
Karena bulanku tak pernah sendiri mengabarkan malam..

Selat sunda, 30 juni  2011
Fauzisar el lambunjiy

Thursday, July 14, 2011

Tepi jalan kecil

Di tepi jalan malamku
Di tengah bola duniaku
Di persimpangan jalan takdirku
Di atas kelopaknya
aku mengadu…
Kembali menengok hampar tanah rantau
Tanpa semilir lambaian tangan itu

Berkutat dengan kubanganku
Sementara ekorku berias ria
Dia atas balkon takdirnya
Bersenggama dengan tangis takhluk jajahnya
Bertemu di ujung jalan kecil

Jalan yang kita tiada pernah tau
suanya

Aku sadar ini permainan gemerincing
rina kampung kumuh adilnya kerlip duka
Namun gelapnya
kita tak pernah tau
Ya, jalan gelap tanpa percaya
yang sekadar percaya..

selat sunda, 30 juni 2011
Fauzisar el lambunjiy

Visitors

BUKU TAMU

Pop up my Cbox
Powered by Blogger.

Followers