Sunday, November 20, 2011

Pemuda muslim dalam aksinya

Peran Pemuda Muslim dalam Revitalisasi Fungsi Masjid sebagai Sentral Dakwah Islam Revolusioner Demi Kemajuan Islam yang Berkelanjutan

Dalam kamus dunia pemuda, kebingungan besar adalah dalam kemana dan bagaimana arah penyaluran tenaga dan semangat ekstra kalangan muda untuk disalurkan dalam bentuk tindakan yang riil. Kebanyakan mereka terjerumus dalam paradigma-paradigma kotor yang kian menyudutkan dunia islam sesungguhnya, Hedonisme dan konsumerisme contohnya, seolah menjadi trend pemuda masa kini. Diikuti juga dengan pemikiran yang juga tidak patut di anut oleh pemuda, apalagi pemuda muslim yang diarahkan oleh Al-qur’an dan Sunah Sahihah, Radikalisme, Liberalisme, rasisme, fasisme, anarkisme, totalisterianisme, dan seterusnya dan seterusnya. Mereka inilah golongan sosial yang berada di persimpangan jalan, Prilaku sosialnya masih diombang-ambingkan oleh nilai sosio-kultural lingkungan yang bersentuhan dengan kehidupannya(Erickson).
Membahas mengenai peran pemuda muslim dalam era globalisasi menurut pendangan penulis, masih bersifat sangat luas dalam cakupan dan pembahasan, oleh karena itu untuk memperinci dan mengkongkritkan langkah dan strategi untuk membahas kemana seharusnya energi luar biasa yang dimiiki pemuda, terutama pemuda muslim yang dibekali dengan sari pati ajaran Diinul Islam yang memuliakan akhlak dan pribadinya untuk disalurkan, penulis berinisiatif untuk mengkerucutkan dan menyempitkan bahasan diatas menjadi bagaimana peran Pemuda dalam pem-vital-an kembali peran stuktural dan fungsional Masjid dalam sentra dunia dakwah islam yang luas, demi tercapainya kemajuan islam yang berkelanjutan.
Hal ini menjadi suatu hal yang penting bagi golongan pemuda yang punya tanggung jawab besar untuk ber-Amar makruf nahi munkar seiring dengan pertumbuhan jasmani rohaninya menuju insan yang dewasa. Karena pada hakikatnya, menjadi insan dewasa bukanlah karena tingkah laku yang ada padanya, melainkan karena seluruh sifat kemanusiaan yang dimilikinya, yaitu fitrah yang membuat manusia berkeinginan suci yang secara kodrati cenderung kepada kebenaran. Sebagaimana firman Allah :
”Hadapkanlah seluruh dirimu itu kepada agama (Islam) sebagaiman akamu secara kodrati memihak kepada kebenaran. Itulah fitrah Allah yang telah memfitrahkannya kepada manusia.” (QS Ar-Rum:30).
Yang dimaksudkan dalam ayat diatas adalah bahwa sejatinya secara kodrati prilaku masyarakat muslim cenderung mengarah pada kebaikan, tinggal bagaimana menjaga dan memaksimalkan kondrat tersebut untuk terus berada pada track yang lurus. Dalam hal ini pemuda muslim pun diperintahkan untuk mempunyai peran fungsional sebagai agent of change atau agen perubahan dalam berbagai bidang, khususnya dalam rangka memperkokoh dan memantapkan ruh keislaman penganutnya, menyebarkan dakwah yang memuliakan pendakwah sekaligus objek dakwahnya secara luas.
Secara jelas dan implisit disebutkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Muslim bahawa salah satu dari tujuh golongan yang akan dinaungi oleh pertolongan Allah di dunia dan di akhirat sebagai kekasih-Nya adalah pemuda yang hatinya selalu terikat dengan masjid. Hal ini menjadi ciri sekaligus dasar hukum yang kuat untuk memaksimalkan peran pemuda muslim dalam masjid dan memainkan peran masjid yang begitu luas untuk mencapai tujuan-tujuan dakwah islam.
Menilik sejarah masa lalu untuk mengetahui urgensi masjid bagi kaum muslimin. Ketika Rasulullah SAW dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah. Beliau singgah terlebih dahulu ke suatu daerah bernama Quba, beberapa kilometer sebelum Yatsrib(Madinah). Ternyata yang dilakukan Rasulullah tidaklah hanya singgah dan beristirahat dalam perjalanan yang mencekam dan melelahkan itu, tetapi beliau bersama sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq singah disana dengan maksud mendirikan masjid yang kemudian dikenal dengan masjid Quba. Setelah beliau dan sahabatnya sampai di Madinah, Program utama dan yang pertama beliau canangkan dalam pembangunan fisik adalah mendirikan masjid yang dikenal saat ini dengan masjid Nabawi. Ini merupakan Isyarat penting dari Rasulullah SAW bahwa masjid adalah sesuatu yang sangatlah penting bagi umat islam. Termasuk juga peristiwa Isra Mi’raj, suatu peristiwa yang sangat penting dalam perjalanan hidup dan perjuangan Rasulullah SAW. Peristiwa ini belangsung dari masjid ke masjid, yakni Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, kemudian naik ke Siratul Muntaha dan kembali lagi ke Masjidil Haram(Al-Israa’:1).
Karena itu, kalau boleh diibaratkan, masjid bagi umat islam seperti air bagi ikan. Ikan tidak akan bertahan lama dalam hidupnya kalau dipisahkan dari air. Ini artinya, jiwa begitu juga ruh keislaman seorang pemuda muslim tidak akan kokoh ketika tidak suka pergi ke masjid atau tidak memperoleh pembinaan dari masjid. Jadi tidak heran ketika masjid menjadi asas utama dan terpenting bagi pembangunan masyarakat islam. Karena, masyarakat muslim tidak akan tersentuh secara kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap sistem, aqidah, dan tatanan islam. Hal ini tidak akan dapat ditumbuhkan kecuali melalui semangat masjid.
Dengan demikian, jelaslah bahwa masjid memiliki kedudukan yang sangat penting bagi kaum muslimin, yakni dalam rangka memperkokoh dan memantapkan ruh keislamannnya. Ini berarti masjid harus dikembangkan kearah pengokohan jiwa keislaman dari kaum muslimin. Lebih rinci lagi, masjid mempunyai fungsi dan kedudukan; pembinaan keimaan, sarana pembinaan masyarakat islami, sarana pengokoh ukhuwah islamiyah, sarana perjuangan baik dalam perjuangan memperbaiki akhlak masyarakat, memperbaiki ekonomi dan kesejahteraan,meningkatkan ilmu, juga dalam fungsi tarbiyyah atau pendidikan secara luas.
Mengingat peran dan fungsi yang begitu urgent dan kompleks, sayang sekali untuk melewatkan peran pemuda muslim dalam manajemen dan pengaruhnya dalam memberi warna terhadap perjuangan dakwah lewat masjid yang sudah sangat luas cakupannya tersebut. Jika dihitung secara kuantitas jumlah masjid, musholla, surau, atau menuasah di Indonesia yang tidak kurang dari 700.000 masjid. Artinya apa? dengan keberadaannya yang sangatlah banyak dan mengakomodir jamaah-jamaah muslim di indonesia, jika keseluruhannya memerankan peran sebagai mana mestinya, maka masjid akan betul-betul menjadi sarana memajukan dakwah islam juga memajukan kehidupan bangsa. Bahkan di zaman Rasulullah SAW, masjid bukan hanya menjadi tempat pelaksanan peribadatan, tetapi juga sebagai tempat pertemuan, tempat bermusyawarah, tempat perlindungan, tempat kegiatan sosial, tempat pengobatan orang sakit, tempat mengatur siasat perang, tempat penerangan dan madrasah ilmu, juga tempat berdakwah terhadap golongan non muslim.
Pertanyaan selanjutnya yang kemudian muncul adalah kenapa harus generasi muda yang akan memainkan peran yang cukup penting ini termasuk memakmurkan masjid?. Karena hakikatnya, Pemudalah yang sekiranya menjadi elemen yang cukup penting dalam proses pembaharuan islam. Selain usia muda merupakan fase berkumpulnya kekuatan (potensi) yang maksimal, mereka juga merupakan orang-orang yang dikenal memiliki idealisme tinggi, tidak memiliki beban dan sangat objektif dalam menyuarakan setiap aspirasi, meski harus diakui adanya kelemahan terutama kematangan berpikir dan minimnya pengalaman.
Islam sendiri menempatkan pemuda pada tatanan yang sangat strategis dalam melakukan berbagai perubahan menuju kejayaan umat.
“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.”(QS. Al-Kahfi/18 : 13)
Ayat ini mengisahkan para pemuda ashabul kahfi (penghuni gua) yang lari menjauhi kaumnya untuk menyelamatkan aqidahnya dan tidak mau mengikuti arus kesesatan karena mereka tegar memegang prinsip kebenaran.
Hal yang serupa yang di perjuangkan oleh Nabiyullah Ibrahim muda, dengan penuh kebernian menegaskan perannya dalam memberantas kekufuran sebagaimana diceritakan dalam Al Qur’an:
“Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata, "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang lalim." Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim." (QS. Al-Anbiyaa/21:57- 60).
Pemuda jualah yang menjadi salah satu pilar penopang aktivitas dan kemakmuran sebuah masjid. Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi dan nasib sebuah masjid tanpa aktivitas pemudanya.
Masa depan masjid itu menjadi suram, karena salah satu tolok ukur bagaimana keadaan masjid pada lima, sepuluh, dua puluh atau tiga puluh tahun mendatang tergantung pada kondisi pemuda masjidnya di masa sekarang.
Nah, untuk mengembalikan peran pemuda yang begitu menggairahkan dalam mencapai tujuan besar diatas, hendaknya ketika masjid yang akan kita maksimalkan peran dan fungsinya sebagai pusat pembinaan umat, maka ada banyak sisi aktivitas yang harus dikembangkan. Apalagi, aktivitas masjid masjid itu semestinya tidak hanya menyentuh atau melibatkan sekelompok orang, karena perlu diperhatikan juga generasi muda yang mulai harus diajak untuk berperan didalamnya, dan aktifitasnya tidak hanya melulu hanya sebatas ibadah ritual saja. Oleh karena itu, semestinya masjid menyentuh dan melibatkan semua kelompok jamaah dari kanak-kanak, pemuda, orang dewasa, sampai orang lanjut usia sekalipun. Disamping itu, pelibatan peran juga tidak memandang dari segi gender, apakah jamaah pria ataupun wanita, si kaya atau si miskin, yang berpendidikan tinggi ataupun rendah, semuanya diharapkan dapat memberikan kontribusi positif. Tegasnya semua anggota masyarakatyang menjadi jamaah masjid harus mendapat pembinaann dari masjid, sehingga meningkatkan ketakwaan mereka terhadap Allah SWT. Oleh karena itu penulis berpendapat, seharusnya masjid memiliki program yang banyak dan berfariasi sesuai kebutuhan dan kemampuan melaksanakannya, menyiapkan fasilitas fisik yang memadai, manajemen kepengurusan yang solid, dan administrasi yang baik.
Sebagai contoh, peran masjid dimasa krisis tahun 1998 yang justru masjidlah yang menjadi sentral penolong ummat dalam usaha survive dalam kondisi krisis, mengadakan pengumpulan sembako-sembaako murah, pengajian-pengajian yang sifatnya memenangkan kondisi batiniyah yang mulai goyah dengan adanya krisis, dan lain sebagainya.
Sebagai penutup, Sejatinya dalam menanggapi issue dan masalah yang bersifat kepemudaan seperti pengaruh kristenisasi, paham-paham yang menyeleweng, ajaran sesat, sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan ketika kemudian justru pemuda-pemuda muslim disibukkan oleh kegiatan masjid, terbimbing dan diberi pondasi sejak awal tentang akidah islam yang haq, berkemajuan dan rasional. Demikian seharusnya upaya semua elemen yang perduli terhadap dakwah dunia islam untuk memperhatikan kualitas dan kuantitas jamaah yang akan memakmurkan masjid.
Sehinga di kemudian hari kejayaan islam akan kembali menegaskan warnanya, sehingga tidak setiap pintu hati umat muslim ditenggelamkan, kecuali dengan banjir kemuliaan islam, sebagaimana Rasulullah SAW pernah besabda:
“Perkara ini (yaitu Islam) akan merebak ke segenap penjuru yang ditembus malam dan siang. Allah tidak akan membiarkan satu rumahpun, baik gedung maupun gubuk melainkan Islam akan memasukinya sehingga dapat memuliakan agama yang mulia dan menghinakan agama yang hina. Yang dimuliakan adalah Islam dan yang dihinakan adalah kekufuran. “(HR ibnuHibban no. 1631-1632)
Inilah misi dan tanggung jawab generasi Islam di masa kini, yaitu mengembangkan dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat kaum muslimin untuk menghidupkan Islam kembali pada kejayaannya. Hanya pemuda-pemuda Islamlah yang mampu mensukseskan rencana tersebut.
Wallahu alam bissawab.
16-17 November 2011
Fauzisar El Lambunjiy








DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama Repubilik Indonesia. 2008. Al Qur’an dan tafsir juz 1-30.   Jakarta : Pustaka Depag
Rais, Amien. 1998. Mengatasi Krisis Dari Serambi Masjid.   Yogyakarta : Pustaka pelajar
Yani, Ahmad. 2009. Panduan Memakmurkan Masjid.  Jakarta : Al Qalam



BIODATA PENULIS
Ave Suakanila Fauzisar, Penulis adalah salah satu pengurus Badan Pimpinan Harian (BPH) masjid Al-wasyi’i Kampus Universitas lampung. Mengambil studi tahun pertama di Universitas yang sama pada program Pendidikan Biologi. Aktif menulis lepas, tulisannya sudah cukup banyak di muat di media informasi baik regional maupun nasional.

Visitors

BUKU TAMU

Pop up my Cbox
Powered by Blogger.

Followers