Wednesday, January 20, 2010

propoSAL obama

dari berbagai sumb er:

Penasehat Obama, Ingin Mengirim Tentara AS Lebih Banyak

Rabu, 11/11/2009 16:05 WIB Cetak | Kirim

Penasehat utama Presiden AS, Barack Obama, ingin merekomendasikan agar mengirim tentara lebih banyak ke Afghanistan. Menteri Pertahanan Robert Gate, Kepala Staf Gabungan Pasukan AS, Laksamana Mike Mulen, dan Menlu Hallary Clinton, membuat proposal, yang akan mengajukan usulan agar Obama mengirim pasukan tambahan sebanyak 30.000 ke Afghanistan.

Namun, Presiden Obama belum mengambil keputusan, berapa jumlah pasukan yang akan dikirim ke Afghanistan. Karena, sampai hari ini Presiden Obama masih menungguh situasi di Afghanistan dan Pakistan, apakah cukup kondisif untuk mendukung penambahan pasukan di wilayah Afghanistan.

Di tengag-tengah rencana AS mengirimkan pasukan tambahan, situasi di Afghanistan dan Pakistan, semakin tidak menentu, karena meningkatnya serangan yang dilakukana kelompok Taliban. Dalam beberapa pekan ini, sejumlah propinsi telah jatuh kembali tangan Taliban. Bahkan, para pekerja PBB, telah meninggalkan wilayah-wilayah Afghanistan, karena sudah tidak aman lagi.

Obama sendiri ragu-ragu mengambil keputusan untuk mengirimkan pasukannya ke Afghanistan. Juru bicara Gedung Putih, Robert Gibbs, berbicara kepada wartawan, di Washington, pilihan mengirim pasukan ke Afghanistan masih belum dapat diputuskan, dan beberapa pilihan masih dipertimbangkan, termasuk melakukan latihan tentara dan polisi Afghanistan.

Tapi, pilihan-pilihan yang paling mungkin sesuai permintaan dari Jendral Mc.Chrystal, yang mengharapkan pasukan tambahan sebanyak 40.000 orang personil. Tapi, sebagian pejabat militer menginginkan hanya tambahan personil militer, sekitar 20.000 sampai 30.000 pasukan. Ro0bert Gate, yang pernah menjadi Menhan di zaman pemerintahan Presiden George Bush, tetap akan menghormati pilihan yang akan diambil Presiden Obama. Penasehat utama lainnya, seperti Wapres Joe Biden, dan Kepala Staf Gedung Putih, Ramh Emanuel ske;ptis atas langkah penambahan pasukan militer ke Afghanistan.

Presiden Obama, juga meragukan terhadap Karzai yang menjadi partner strategisnya dalam memerangi Taliban, karena lemahnya dukungan. Demikian juga, situasi di Pakistan, yang akan menjadi jembatan AS ke Afghanistan menghadapi situasi tidak stabil dan menghadapi ancaman yang serius. Pengiriman pasukan tambahan, sebuah perjudian yang dilakukan AS, dan mempunyai implikasi yang serius bagi masa depan negeri Paman Sam itu.

----------
Asisten Menlu: AS Gagal Selesaikan Konflik Israel-Palestina
Rabu, 11/11/2009 15:44 WIB Cetak | Kirim

Ini pengakuan yang jujur dari seorang pejabat AS. Asisten Menteri Luar Negeri AS, William Burns mengakui bahwa AS gagal untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah. Burns mengungkapkan hal itu setelah Presiden AS Barack Obama bertemu dengan PM Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih.

"Saya berharap bisa berdiri di hadapan Anda semua hari ini dan memberikan keterangan tentang kemajuan-kemajuan penting atas upaya yang kami lakukan, tapi nyatanya saya tidak bisa," ujar Burns.

Menurutnya, berbagai dialog yang diupayakan AS untuk perdamaian Timur Tengah tidak membawa hasil. Tapi ia menegaskan bahwa Presiden AS Barack Obama tetap komitmen terhadap solusi dua negara terkait konflik Israel-Palestina dan AS tetap bersikap bahwa Israel harus membekukan seluruh aktivitas pembangunan pemukiman ilegalnya di wilayah Palestina.

"Kami tidak bisa melegitimasi tindakan Israel yang tetap meneruskan pembangunan pemukimannya. Israel jelas-jelas telah melalaikan kewajibannya seperti yang tercantum dalam kesepakan Peta Jalan Damai, bahwa Israel harus membekukan aktivitas pembangunan pemukiman," tukas Burns.

Pernyataan Burns mengisyaratkan bahwa memang telah terjadi perbedaan pandangan antara Obama dan Netanyahu dalam masalah pemukiman Israel. Soal perbedaan pandangan ini berhembus setelah kedua pemimpin itu bertemu di Gedung Putih sehari sebelumnya.

Laporan-laporan menyebutkan bahwa Netanyahu menolak mematuhi desakan Obama yang meminta Israel menghentikan pembangunan pemukimannya di Tepi Barat. Sementara bagi rakyat Palestina, penghentian pembangunan pemukiman Yahudi oleh Israel adalah harga mati untuk melanjutkan negosiasi damai antara Israel-Palestina.

Sikap Netanyahu membawa dampak terhadap otoritas Palestina. Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas menyatakan akan mundur dari jabatannya jika AS gagal menekan Israel untuk memenuhi tuntutan rakyat Palestina.

Saat diambil sumpahnya menjadi presiden AS bulan Januari lalu, Obama menyatakan bahwa menyelesaikan konflik Israel-Palestina akan menjadi prioritas utamanya. Tapi pemerintahakan Obama tidak menunjukkan upaya yang besar dan serius untuk membuktikan ucapannya. 
-------------
Obama: Butuh Strategi Tepat untuk Tambah Pasukan di Afganistan
Laurencius Simanjuntak - detikNews

Washington - Presiden AS Barack Obama masih berpikir soal strategi yang tepat bagi kekuatan militer AS di Afganistan. Hal ini penting sebagai pertimbangan apakah penambahan pasukan di Afganistan masih diperlukan atau tidak.

Sebelumnya, Komandan Tertinggi pasukan AS di Afganistan Jenderal Stanley McChrystal meminta penambahan pasukan dalam jangka waktu beberapa minggu mendatang untuk membendung kekuatan Taliban yang kembali bangkit.

Dalam wawancara dengan sejumlah media, Obama ditanya soal kapan ia akan memutuskan soal penambahan pasukan tersebut.

Ia mengatakan belum menerima permintaan untuk penambahan pasukan dan ia masih bekerja dalam strategi yang tepat untuk memastikan bahwa Al Qaeda tidak sedang dalam posisi menyerang AS.

"Saya hanya mau menyakinkan setiap orang mengerti bahwa kamu tidak akan membuat keputusan soal SDM, sebelum kamu mempunyai strategi yang siap," kata Obama kepada ABC, seperti dilansir Reuters, Minggu (20/9/2009).

Kepada NBC, Obama mengatakan penting bagi dirinya untuk melatih keraguan ketika mengirimkan seorang berseragam ke jalan yang berbahaya.

"Karena saya orang yang harus bisa menjawab ketika orang tua mereka mendapati anak-anaknya tidak pulang. Jadi saya harus menghadapi pertanyaan yang berat setiap saya mengirimkan pasukan," ujarnya.

Soal penarikan pasukan dari Afganistan, Obama pun mengaku tidak mempunyai batas waktu.

Sikap Obama juga mendapatkan kritikan dari Kongres. Senator John McCain, yang pernah bersaing dengan Obama saat Pilpres, mendesak pemerintah untuk menyetujui penyebaran dan penambahan pasukan secepatnya. Menurut McCain, menunda berati membirakan hidup pasukan di Afganistan dalam risiko. (lrn/lrn)


Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda! 
---------------
Sejumlah Dubes PBB Terima Surat Misterius
Rabu, 11/11/2009 13:38 WIB Cetak | Kirim

Utusan negara Austria, Prancis, Jerman dan Uzbekistan di PBB mendapat kiriman surat berisi bubuk putih yang belum terindentifikasi apakah bubuk putih itu zat berbahaya atau tidak.

Departemen Kepolisian kota New York menyatakan, mereka masih menyelidik asal surat itu dan meneliti serbuk putih misterius itu. Surat-surat tersebut sampai ke kantor masing-masing utusan pada hari Senin, (9/11), kecuali kantor dubes Inggris untuk PBB, yang menerima surat serupa pada hari Selasa.

Pihak kedutaan menyatakan sudah dilakukan tindakan pencegahan untuk mengantisipasi kemungkinan serbuk putih dalam surat-surat tersebut adalah zat berbahaya.

Dubes Austria untuk PBB, Thoma Mayr-Harting menolak memberikan keterangan tentang apa isi surat yang diterimanya. Ia hanya mengatakan bahwa dari pemeriksaan awal, serbuk putih yang menyertai surat itu tidak berbahaya. Sedangkan Dubes Prancis untuk PBB, Gerard Araud mengungkapkan, dilihat dari cap posnya surat-surat tersebut berasal dari Dallas.

Pemerintah AS sudah mewaspadai adanya surat-surat yang disisipi dengan serbuk putih sejak tahun 2001. Ketika itu, sejumlah kantor media massa di AS dan anggota legislatif AS menerima surat yang mengandung virus anthrax. Kasus ini menewaskan lima orang dan menyebabkan 17 orang lainnya menderita sakit akibat virus tersebut. (ln/prtv)



0 komentar:

Visitors

BUKU TAMU

Pop up my Cbox
Powered by Blogger.

Followers