Thursday, February 16, 2012

Why We Should GO DOWN?!



Assalamualaikum wr.wb teman teman..
Wa fauqa kulla dzi ilmiin aliim.. ( dan diatas orang-orang  yang berilmu ada yang lebih berilmu; gampangnya, dalam mengartikan secara awur2an adalah, diatas langit masih ada langit, so dont be soo proud of you...)
Well, there’s a saying,
Belajar mengendalikan  diri sendiri sesuai dengan arah yang anda pilih membuahkan kemenangan dan menjadikan anda majikan bagi diri anda sendiri.
Bagi  teman2 yang merasa bosan dengan jalan hidup dan berfikir yang gitu2 aja, putus asa dan kecewa atas sesuatu, ada baiknya tulisan ini dilanjutkan untuk dibaca, dan  bagi teman2 yang merasa puas dengan apa yang ada, dan berkeyakinan bahwa tulisan ini  hanya akan menjadi omong  kosong  belaka, silahkan jangan lagi perlu  membaca sama sekali tulisan ini selamanya dalam hidup anda.
Teman2 yang merasa kecewa, saya sampaikan bahwa rasa kecewa itu wajar dan terkadang baik untuk anda miliki, yang jelas, anda memberikan makna pada semua hal dalam kehidupan, positif, negatif, itu semua tidak begitu saja tertanam, anda memiliki kendali penuh, bahkan untuk memilih makna2 yang membawa manfaat positif bagi teman2.
Misalnya dalam meyikapi nilai yang teman2 dapat dalam ujian atau sejenisnya, kita menafsirkan bahwa nilai “C, D atau E adalah buruk, artinya saya adalah orang yang  gagal, dan kegagalan adalah hal yang buruk dan identik dengan kepedihan, kegalauan dan yang pasti, kekecewaan, apalagi jika nilai itu tidak sebanding dengan perjuangan kita sebelumnya,” label ini kemudian sering diterjemahkan menjadi, “kegagalan itu  buruk, karena itu jika aku gagal, maka aku pasti orang yang buruk!.”
Jujur, saya orang yang cukup sensitif dengan nilai (mark), nilai itu sama sekali tidak mencerminkan kita!. Sama sekali tidak, kebahagiaan bagi saya, adalah bagaimana kita menyikapi hidup, karena bagi saya, pilihan terbesar yang akan pernah saya buat dalam hidup adalah cara kita menyikapi hidup!, jadi  bagi temen2, jadilah pribadi yang menjadi majikan bagi diri sendiri, karena orang  yang menjadi majikan atas diri sendiri dapat mengakhiri penderitaan semudah ia menciptakan kebahagiaan. so sebenarnya tidak pernah ada yang namanya determenisme, yang ada hanyah pengaruh!. Thus,  bagi saya, saya sarankan bagi teman2; menjadi “tuli” itu terkadang baik.
Seperti dikisahkan dalam hikayat dunia kodok, ada sekelompok kodok yang akan memanjat menara yang tinggiiiiii sekali, dalam sebuah kompetisi “panjat-memanjat menara yang tinggi”. Kodok2 disekitar kompetisi  yang melihat ketinggian menara, sudah putus asa, berceloteh  bahwa, “wah, tinggi sekali menaranya,  tidak mungkin sepertinya peserta ini dapat mencapai puncak, “
“wah sangat susah pasti mencapainya, liyat tuh, ujungnya tidak  terlihat!”
(di forward--zrrrreeeet)
Dan taukah teman2 akhirnya setelah kompetisi bejalan, para peserta berguguran satu persatu, kecuali satu yang menjadi pemenang, dialah kodok yang TULI!. Ketika ditanya kenapa bisa berhasil, katanya dia bahkan tidak mendengar keluhan dari peserta dan lingkungan sekitar yang secara langsung-tidak langsung menjatuhkan semuanya.
Itulah betapa besarnya pengaruh sekitar kita dalam penentukan sikap dan pandangan kita terhadap sesuatu, untuk itu, biasakanlah memilih pengaruh yang memberi manfaat positif bagi anda, betapapun, tidak bisa dipungkiri bahwa kita adalah hasil akulturasi budaya lingkungan sekitar, kita dibentuk oleh lingkungan kita. Jadi ketika sebuah keyakinan tidak lagi berguna bagi anda, maka sudah sepantasnya ia untuk ditinggalkan. Ingatlah bahwa, you r what do u think, you r the only owner of yourself!. Penguasaan diri adalah sumber dari semua kekuatan dan kebebasan sejati.
Saya terkadang geli ketika kita, sadar ataupun tidak, memaksakan diri kita sendiri pada suatu hal, tanpa sedikitpun memberikan pemahaman yang proporsional bagi diri kita sendiri. Memaksakan kata HARUS dalam berbagai bentuk, harus belajar, harus masak, harus sholat, harus mandi, bla bla bla.. bukannya saya mendukung anda untuk tidak belajar, masak, sholat dan mandi,. Tapi yang jelas  begini, paradigma ini perlu kita koreksi lagi, saya cenderung orang yang negosiatif terhadap diri saya sendiri, belajar melayani diri sendiri dengan adil, yang akhirnya, saya kemudian dapat memunculkan karakter lain dalam diri saya, misalnya kakak saya—yang saya tidak pernah punya—yang kemudian menuntut hak dan kewajiban itu dengan alasan yang logis dalam bentuk, mungkin menasihati atau menegur saya ketika berbuat sesuatu yang merugikan diri sendiri, dan jelas orang lain,.
Misalnya dalam hal belajar, kenapa HARUS belajar? : yuk mari kita belajar menghapus kata “HARUS”!
1.      Kalau aku tidak belajar, nanti pasti pas  ada ujian susah mengerjakan, dan akhirnya saya tidak suka itu(berlama2 di ruang ujian),
2.      Kalau nanti susah mengerjakan, pasti nilai ujian jelek (tanpa nyontek lho ya),
3.      Kalau nilai ujian jelek ntar kuliahnya lama, g lulus2..
4.      Kalau lama lulusnya, lama dapat kerja yang mapan, lama dapat penghasilan tetap.
5.      Kalau belum dapat income, nyari istri juga g gampang (tau sendiri lah, wanita.. :D)
Kesimpulannya :
Aku lebih suka belajar daripada susah dapet istri. (hahaha J)
Karna prinsipnya, mau yang terbaik? Maka bercermin lagi, kita, cocok tidak dipilih bagi “yang terbaik itu?” (lho2 kok mbahas istri2 malah).

Kenapa kita harus gagal ?, rasanya begitulah judul itu membuat saya kadang tertawa sendiri, kenapa kita harus turun dulu dari puncak? Secara singkat, mari perhatikan gambar buatan saya ini (hha) ;
Sebuah burung yang terbang tinggi hendak mencari makan, akan melewati kabut yang tebal, maka berdasarkan insting yang diberikan tuhan yang maha pemurah dan pengasih terhadap siapapun ciptaannya, maka burung tersebut terbang melambat dan turun perlahan, hal ini dapat dimengerti sebagai, tidak mungkin tuhan yang maha pemurah dan pengasih itu akan menabrakkan hambanya ( karen burung juga hambaNya) pada tebing yang tinggi itu, maka burung tersebut “diarahkan” .–jangan meremehkan kuasa tuhan dalam hal ini—begitu pula dengan kita sebagai manusia dalam menghadapi banyak persoalan hidup, diuji, dihukum dan lain sebagainya, terkadang kita “diarahkan” untuk turun, gagal terlebih dulu, karna tuhan yang maha tahu, faham bahwa itu yang terbaik bagi kita, percayalah!. Seringnya kita malah, kebaik-hatian tuhan ini kita salah artikan, kita eksekusi sebagai ketidak-adilan tuhan, padahal?, apa tahunya kita?!.
Mengeluh, menyalahkan bahkan putus asa akan nikmat tuhan, gara-gara kebodohan kita dalam menilai dan menyikapi hidup. Jadi renungkan kawan,.. kadang kita ini terlalu ceroboh dalam kehati-hatian kita. Sadar ataupun tidak, yang seperti ini kadang terlewatkan oleh kita.
Itulah yang yang mungkin menjadi jawaban kecil dari pertanyaan Why we should go down?!.
Pokoknya gini aja deh, itu semua kembali pada temen2, mari kita pakai hak istimewa kita untuk berkehendak, memilih, dan berbuat(free will, act, n choice) dengan tanggungjawab dan sebaik2nya,.. (padahal udah capek nulisnya, g tahan mau ngegame lagi) hahaha..



Fauzisar el- Lambunjiy, 1-2 februari 2012.
lebih baik diasingkan, daripada mati dalam kemunafikan!.

Visitors

BUKU TAMU

Pop up my Cbox
Powered by Blogger.

Followers