Ibroh ini penulis sampaikan
berdasarkan pengalaman pribadi penulis..
Awalnya begini... jum’at kemarin,
14/10. Pagi pagi, kegiatan pramuka di fakultas keguruan kampus saya mewajikan
hal itu, memaksakan si akhirnya.. .entah ada tidaknya pihak yang merasa terpaksa
atau tidak.. yang jelas saya berusaha tetap enjoy saja walaupun kenyataannya di
SMP & SMA dulu tidak pernah ada Pramuka, yang ada Hizbul Wathan, mbah
sekaligus nenek moyang pramuka, jauh sebelumnegara ini merdeka.. terinsirasi
dari JPO (javanese padvinder organisation) akhirnya KH. A. Dahlan mendirikan
hizbul wathan inni yang berarti “pembela tanah air”, yang memang benar,
dibuktikan dengan perannya memerjuangkan kemerdekaan, memeberantas PKI waktu
itu yang akhirnya menelorkan Sosok Jendral besar Soedirman yang tidak lain
adalah kader, didikan pendidikan kepanduan Hizbulwathan, singkatnya pada masa
pemerintahan Soeharto pada tahun 1960-an.. semua kepanduan dilebur kedalam Pramuka, mau tidak mau karena
pemaksaan ini akhirnya HW luluh melebur bersama Pramuka, dibuktikan dengan
banyak asas2, preambul, dan juga sistem2,
yang digunakan dalam pramuka,
ssalah satunya yang masi saya ingat adalah dasar darma ke 10. Suci dalam
pikiran, perkataan dan perbuatan. Akhirnya HW kembali lahir pada 1999 dan
akhirnya mulai dikenal kembali di kalangan masyarakat INA, dari pulau
jawakemudian meluas ke pulau2 disekitarnya.
Terepas dari masalah sejarah masa
lalu itu, yang lebih penting adalah ibroh dibalik semua itu,.,
Singkat crita, saya terlambat
dengan indah bersama teman saya yang satu profesi dengan saya, Takmir masjid
kampus, dan singkat cerita saya tertangkap basah sebasah basahnya dengan pak T,
yang terkenal berkpribadian keras
khususnya terhadap mahasiswa baru seperti kami. Langsung kami disodori selembar
kertas utuk mencatat nama kami, ditanya alasan kenapa terlambat, dan jawaban
kami adalah sama.. karena hari itu hari jumat, kontan saja secara sadar ataupun
tidak kegiatan bersih2 di masjid lebih banyak, karena menyambut shalat jumat,
entah bagaimana alurnya, yang jelas saya tidak pernah bahkan berniat mencari2
dan membat2 alasan untuk menghindar dari kesalahan (keterlambatan) saya ini. Saya
hanya berkeyakinan dalam diri saya ketika ditanya kenapa capek2 menjadi takmir
tau Marbot atau james bond atau apalah bahasa kerennya. Yang jelas
saya berfikir secara sepihak begini; ada banyak orang yang bertanya kepada saya
“kenapa harus kuliah dan jaga mesjid? Saya kembalikan pertanyaan kepada penanya
tadi : “kenapa kuliah harus ngekos.?? Adakah alasan yang kuat kenapa harus
begitu,? Kenapa harus dari kecil sampai
bahkan bangkotan, kuliah masih tinggal dengan orang tua,?. Saya hanya
menerapkan rumus yang saya percayai : untuk menjadi orang yang luar biasa maka
jalan anda harus tidak biasa. Kalu orang rata2 hanya berbuat sebatas ini, maka
kalau anda berbuat yang sama dengan yang mereka laakukan, maka apa bedanya anda
dengan mereka?,. sayaingin menginspirasi banyak orang dengan jalan saya,
menggerakkan revitalisasi tujuan utam kita hidup, buat pa lagi kalau bukan
beramal pada sesama dan lingkungan di sekitar kita??, banyak terkadang
organisasi2 sosial, partai politik atau Lembaga dakwah kampus yang sibuk
membesar2kan namanya... dst dst.. tapi
mereka lupa bahwa masjid kampus sebagai sentral segala kegiataan dakwah mereka
pandang sebelah mata. . terkadang kita sibuk mempertanyakan apa yang telah
masjid berikan kepada kita, air yang g pernah telat, kamar mandi yang bersih,
karpet yang g bau, kipas angin yang urang dingin atau sekedar protes karna
sandal atau barangnya hilang lantaran di tinggalkan di masjid, yang kadang
dasarnya karena kesalahan mereka sendiri, tidak menitipkan barangnya, atau meninggalkannnya
begitu saj karena lupa.. terlepas dari semua itu mereka lupa sebaliknya, apa
yang mereka berikan pada masjid?. Seberapa besar kontribusi mereka dalam bentuk
materiil ataupin non materiil seperti moril/, dukungan pada pengurus masjid
yang sama2 masih menempuh studi, sama seperti apa yang mereka kerjakan di
kampus.. bahkan dengan kondisi yang serba dikelilingi oleh keterbatasan
contohnya, seberapa besar infak mereka tiap minggu?, dst dst,, pernahkah mereka
berfikir hal itu,. Jadi saya rasa sebelum mengkritik dengan penuh sarkasme saya
rasa mereka harus merenungkan hal itu. Aaahh.. . . saya terlalu seruius ini
rasanya, curhat curahan hati... hehehehe.. .^_^.
----
Saya menghadap beliau, langsung
menyalami dan cium tangan (trasidi baik FKIP universitas). Yang membuat saya
heran sekaligus kaget adalah ketika beliau kontan membentak saya menyindir
dengan penuh sarkasme yang kurang lebih menmojokkan saya sebagai Tkamir masjid,
saya berharap beliau belum paham. “sudah pulang saja sana!, g usah kuliah aja
lagi!, tasbih2 sana di masjid!, pulang sana bersih2in masjid!, .. g usah bawa2
alasan agama depan saya!.” Ya saya hanya bisa menanggapi dengan halus .. “maa
pak sebelumnya , pak,, saya Cuma mau ikut kegiatan Pramuka, jadi izinkan saya
walupun telat untuk tetap ikut. Jadi saya tidak perlu di maki2 sperti ini pak..
.”
Ya, saya pribadi sih menanggapi
semuanya dengan positif, artinya semua kegiatan
yang saya lakukan tidak kemudian mengabaian kegiatanwajib di kampus..
saya paham betul itu.. tapi cara beliau dealing
w/ the situation itu yang saya kecewa alias tidak suka.. kekerasan itu
adalah cara paling uuuuuaaakhir yang kira2 paantas untukdigunakan , saya rasa
tidak pernah ada situasi yang akan kelar denganmengutamakan kekerasan atau otot
terlebih dahulu daripada otak.. coba kita ingat2 kenapa otak kita lebih besar
daripada kepalan tangan kita? Itu artinya seharusnya kita mendahulukan
penggunaan akal yang lebih efektif daripada tangan dan teman2nya.
Kemudian saya langsung pergi
memenuhi permintaan beliau, nmun kemudian tetap ikut kegiatan pramuka tanpa
sepengetahuan beliau. Karena menurut
saya buat apa saya bela2kan tetap piket tiap pagi apalagi hari itu hari jumat
yang notabene kegiatan penyiapan shalat jumat sudah sejakpagi, n tetapsaya
semangat ikut kegiatan.. malah diminta pulang,, mana yang di sebut pendidikan
bagi saya hari itu.. ?? ckckc.. saya
kemudian merenung.. lagu himne Guru terngiang kembali di telinga saya..
satu2nya profesi yang punya laagu yang dinyanyikan bahkan dari anak2 kecil ato
mungkin anak yang masi dalam kandungan yang ibunya guru dan “cukup fanatik” dalam
hal profesinya kemudian memperdengarkan
lagu tersebut kepada anaknya.. hahaha. . sampai2 anak2 kuliahan bahkan yang
sudah tua2 (karena profesinya guru).. hehe. .. tapi yang lebih penting lagu itu
yang “cukup” memebuat saya merinding.
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup
Dalam sanubariku
Sebagai prasasti trimakasih ku tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk
Dalam kehaausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa.
**maafkan kalau ada yang sala h
dalam pengetikan atau apapun itu, saya dulu mendengar ini hanya ketika SD
saja..
Akan kah teman2 yang sudah yakin
dengan ikhlas sepenuh hati mengabdikan
diri menjemput profesi sebagai guru bangsa... ikut membantu mencapai visi
mentri pendidikan untuk mencerdaskn bangsa, secara komprehensif dan
kompetitif.. dst dst,, saja jujur merinding mendengar lagu ini, dari awal kita
sudah dipuji2.. penuh dengan penghargaan terhadap profesi yang akan temen2
jalani kelak, saya yang mulai membuka diri untuk berdamai dengan kubangan
takdir yang saya jalani sekarang saja berfikir..
Akankah nama kita sanggup selalu
hadir dalam sanubari ank2 didik kita kalau yang dirasakan anak didik kita
adalah ke-mencekam-an, ketakutan, kegelisahan, ketidaknyamanan dan seterusnya
dan seterusnya?,
akankah kita sanggup menjadi
pelita dalam hati anak2 didik kita kalau apa yang dilakukan anak didik kita
ketika bertemu dengan kitaa adalah ketidak enak.an di wajah kita, ke-cmberut-an
tiada terkira?. Ketika apa pembelajaran yang kita sampaikan sangat jauh dari
profesionalisme, malah nantinya membuat anak didik kita semalaman tidak tenang
dalam tidur, memikirkan akan diapakan besok ketika tidak bisa mengerjakan soal
dari ibu/bapak guru.. ??
iyakah kita sudah menjadi embun
penyejuk dalam kehausan anak didik kita akan ilmu2 yang justru hanya dengan
kelebihan anak didik kita dalam berbicara (ribut) kemudian kita putus asa dalam
menanganinya? Overcome dengan kondisi
yang justru sangat membutuhkan kehadiran temen2 sebagai guru?. Sudah siapkah
teman2..?
mari kita sama2 merenung... .
benarkah kita patriot pahlawan bangsa yang dengan tambahan
kta “tanpa tanda jasa” semakin menyudutkan saya secara pribadi.. entah
bagaimana dengan teman2.. saya pikr kemudian kalau motivasi temen2 untuk jadi
guru hanya untuk mencari gaji dobel, tunjangan2 keamanan hari tua, aman anak
istri karena dijamin negara,dst dst.. yng kemudian di tutup2i dengan niat yang
kadang kita rekayasa supaya terlihat cukup mulia ;mencerdaskan bangsa, beramal,
dst dst.. saya rasa teman2 tidak siap
dan tidak pantas berada di lingkaran “setan” pendidikan ini..
jangan salah sangka kawan.. buka
mata dan hati teman2.. jujur pada diri
sendiri iyakah lagu sakral diatas pantas dinyanyikan dan di alamatkan kepada
kita sebagai calon guru..?? yang jelas2 nantinya, ujng2nya, atau se-engga-nya
berazam dari awal untuk jadi guru..???
sebuah tanda tanya besar yang teman2 harus jawab.. . .
Do the best n leave the rest (to god).