Kepunahan Spesies jilid Satu
Hari ini, lo tau saya presentasi biologi lingkungan depan
kelas, tema-nya hujan asam, dan lo tau fakta baru apa yang ilmuan gak tau dan saya
dengan terang2an berargumen depan kuliah, bahwa ternyata kadar hujan yang
sifatnya asam berlebih, bukan rasanya asam lho (bego’!), emang ujan keringet
ketek, kan engga mungkin. Jayus itu namanya. :p. itu meningkatkan efek virus
galau yang sering terjadi pada remaja, Bahkan orang dewasa dan anak2 sekalipun.
Iya seriusan, ternyata kadar
SO2 di udara itu berdampak langsung terhadap tingkat ke-galau-an remaja
jaman sekarang, termasuk dulu jaman revolusi industri tu banyak juga ilmuan2
galau kaya Schwan dan Schleiden yang ternyata saya indikasikan temen satu TK,
dulunya. Bahkan dekat kepada kakak-adek, coba lo liat kata depannya sama2 ada
huruf “SCH-“ kan? (ini pelajar dodol Avogadro, artinya, dodolnya dodol.)
Setelah itu, ada yang presentasi lagi, nah ini yang menarik,
kelompok saya selesai, kelompok lain maju dengan tema, kepunahan mahluk hidup.
Gila!, itu bahasan paling asik menurut saya pagi itu.
Setelah mereka jelasin semua hal tentang
kepunahan, yang di sebabkan meteorit lah, Jurrasic apalah, yang bikin
dino punah lah, ahhh.. pokoknya bagi saya itu boong semua, apa? Dino itu masih
sering tampil di “jalan sesama” juga (apa itu Cuma penampakan ya?) beneran saya
gak bisa mbedain..
Nah.. tiba gilirannya saya Tanya, dan biasanya kalo saya
ngacungin tangan tinggi2 pasti dicuekin dan di jadikan opsi terakhir kalau gak
ada yang tanya lagi, tau kenapa? Karena
pertanyaan saya aneh2.. gak percaya, nih contohnya pas ada yang presentasi
tentang global warming, saya bilang, “ah..global warming, issuenya itu udah gak
eksis,basi tau gak lo?, lo tau film the day
after tomorrow?, ice 2020? Bener
gak sih itu? Coba lo jelasin, artinya kalo siklus kita kembali ke zaman es itu ada,
bukan berarti kita Cuma buang2 waktu dan duit buat mencegah global warming,
mending kita ciptain pesawat kya di Wall-E itu buat sementara pergi untuk
mengindari zaman es itu (hahaha), toh
kalau issue itu gak bener, sekarang kadar CO2 katanya, itu udah berkurang gara2
kita nanem 1000 pohon, 2011 pohon, 2012 pohon, ckckc (Cuma beda satu pohon
doang bego’!). Nah itu sedikit banyak mengurangi global warming tau, bayangin
kalo satu desa 1000, seluruh Indonesia, seluruh dunia itu barapa pohon yak..??.
Oya ada temen saya sebut saja namanya monalia, si mona ini
doyan banget ngupil di depan umum,
dan setiap kali saya protes, treak2 ke die.. tiap kali juga die bilang; “idung2
saya, tangan2 saya..” dan akhirnya saya ancam kebiasaan buruk die akan saya
sebarin,.. biar dunia tau ada anak cewe yang cueknya dunia akherat, sampai gak
perduli ama tingkah polah die yang saya rasa merugikan saya dan spesies die..
haha. Ini bagian dari dendam saya, maksudnya biar lo semua tahu ada orang yang
merasa gak nyaman dengan, ya, terkadang tindakan yang mereka rasa gak ada
hubungannya sama orang lain. (ni kenapa bahasannya sampe “ngupil” segala ya…?
). Iyalah, saya kan lagi dendem, ni… saya pinjem laptopnya buat ngetik (parah).
Kembali pada KEPUNAHAN MAKHLUK HIDUP, saya Tanya ke tu
kelompok (akhirnya saya bisa Tanya juga), nah
gimana ceritanya kalau ada satu spesies yang dia itu kampungaaaan banget,
udah gitu An-Sos lagi, gak ada hubungan dengan rantai makanan dan lingkungan
sekitar, dia Cuma makan tanah bro(lo jangan bayangin ni spesies macam apa?) .
Artinya kalau spesies itu mati, gak ada efeknya ke lingkungan, istilahnya itu hewan di lingkungan sekitarnya
aja bilang; “ah bodo amat die mau mati, nyapa saya yang lewat depan sarangnya
aja gak pernah, ogah ah saya bantuin ngubur ame mandiin jenazahnya.. an-sos
gitu sih hewannya.. “. Berarti ini bukan masalah besar untuk ekosistem kita
kan?, so apa sebegitu besar masalah kepunahan kita? , coba yakinkan kami deh,..
itu pertanyaan sarap jilid satu.
Selain itu, kan akhir2 ini ada tuh temuan anak mammoth di es
kutub membeku (ya iyalah), dan itu utuh, dan ilmuan berjanji akan melahirkan kembali tu mammoth dengan
perantara gajah. Berarti issue kepunahan bisa di tanggulangi dengan cloning
atau kultur jaringan atau apalah hewan yang hampir hamper punah kayak misalnya
tinggal 3 ekor di muka bumi ini, nah di ambil tu selnya trus di cloning dah..
tara.. jadi banyak.itu lho macam domba doli-dolian itu. Atau kalau gak di
fotokopi aja tu spesies langka. Kan
murah. 100 dapet satu.kakakaka… Itu
pertanyaan bego’ jilid dua.
Tapi sebego2’nya pertanyaan seseorang, seorang calon guru
yang baik harusnya mengapresiasi semua
pertanyaan muridnya bahkan sebego’ apapun pertanyaan itu. Harus ada apresiasi
untuk keberaniannya untuk bertanya, dan curiousitynya dia, sehingga ada kemauan
dia untuk bertanya. Tapi, kalau saya sih , menggolongkan orang yang Tanya itu
jadi 3, satu dia emang bener2 gak tau. Dua, dia ngetes, dan tiga dia nyari
perhatian. Dan saya gak ngetes apalagi gak tau tuh,. Haha.
Oke akhirnya mereka bilang kalau matinya satu spesies aneh
yang saya sebutin tadi, mungkin gak berdampak langsung ke ke-eksisan idup kita(manusia).
Tapi kata ilmuan, kalau kita kehilangan
satu spesies saja, sama aja kaya kita kehilangan buku di perpustakaan bahkan
sebelum kita baca. (ini ilmuan satu ini gak pernah makan tempe kali yak?.)
spesies langka Cuma kanya buku di perpus… ckckc.. saya aja ngilang2in banyak tu buku perpus. Dia itu lebih berharga tau, kaya orang yang lagi boker tapi gak ada
aer, se penting iotu kok kita butuh makhluk hidup langka. Coba lo bayangin anak
cucu kita besok udah gak pernah liyat ayam kate, gara2 udah punah, kecuali di
gambar. Kasian kan?. Itu gara2 kita lho (apa hubungannya ama boker?). Haha.
Akhirnya dosen itu
turun tangan, dia dengan statemen “tuhan itu tidak menciptakan sesuatu makhluk
tanpa suatu manfaat apapun”. Artinya
bersyukurlah manusia sebagai makhluk omnifora (lho?), coba lo bayangin dong
makhluk2 nyang monofak (makan satu jenis produser atau bahan makanan) gimana
kalau makanannya punah, Dia makan apa?. Kaya panda, dia Cuma makan bamboo, coba
kalo bamboo punah, dia makan apa?. Saya nyletuk, oke pak, kita ajarin si panda
makan nasi!. Hahaha, masalahnya gak mungkin dong saya ngajarin panda makan nasi
sendirian, saya butuh lo semua untuk ngajarin mereka.
Jadi kalo kita bikin skema begini:
Produser (bukan produsen; sesat ini
mah) à
konsumer Ià
konsumer IIàkonsumer
III.
Nah kalo konsumen tingkat 3 aja yang mati mungkin gak ada
efek keatas, tapi bayangin kalo produser mati, punah, otomatis mati semua kan?.
Jadi kadang kita itu harus berhenti sejenak berfikir tentang manusia, tentang saya.
Tentang perut. Pikirin juga elemen di sekitar kita yang nantinya ada efek juga
ke kita pada akhirnya sebagai penghuni bumi.
Bumi kita ni atu atunya lho.
Jadi mending tu yang mati itu konsumer puncak, udah, saya terus terang aja.. manusia. Lebih baik
begitu kata dosen saya. Byangkan. Manusia itu sudah terlalu banyak. Dan sumber
daya akan terus berkurang. Apa yang bisa kita lakukan?. Menunggu sampai
sumberdaya itu habis?. Atau berebutan dalam mengambilnya. Yang akhirnya
kearifan2 itu luntur seiring bergulirnya waktu. Saya katakan, salah satu
penyebab kerusakan lingkungan yang saya
analisis dari mata kuliah pengetahuan lingkungan adalah, ledakan penduduk. Semakin banyak penduduk, semakin banyak
sumberdaya yang kita pakai, semakin banyak emisi dan belum tentu semakin banyak
rezeki. Bayangkan kalau sertiap keluarga
mempunyai anak 10 biji. Akan ada kewajiban memberi makan 10 orang, berapa
banyak lahan pertanian yang kita punya?. Akan ada 10 motor(kalau mampu) dan
bayangkan emisi karbon dst dst yang akan di ekstraksi. Akan ada kebutuhan makan
daging lebih banyak (lho2), dan berapa banyak lagi amoniak yang akan kita
keluarkan ke atmosfer untuk merusak ozon kita?. Dan belum tentu ada 10 ide
cemerlang untuk menanggulangi kerusakan lingkungan itu. Setau saya, negara yang
bayak penduduknya identik dengan negara yang angka kemiskinannya cukup tinggi.
Umpek2an, dst. Jadi saya pernah dengar seorang yang menafikan hal ini di depan
khalayak kurang lebih begini, “kalau ada anak 10, dan semuanya berkualitas?!,
sangat tidak benar sekali billboard disana, yang tulisannya “ledakan penduduk;
bertindak sekarang (KB) atau menunggu bencana!”.
Saya rasa ada benarnya untuk di anjurkan punya anak dua, dan
tidak perlu marah atau malah menghujat iklan layanan masyarakat seperti itu
dengan nada tinggi. Saya menghargai keinginan anda mempunyai anak banyak, saya
pun begitu. Namun segera pastikan
kualitasnya itu.