Hatiku pada cemong selat takdir
Diombang-ambingkan garam lautnya
Mengingat rapuhnya malam itu
Kubangan takdir sama tiada berkaca
kecuali berbalas gelap
Seiyanya mataku tak pernah
meratap matahari pecah
di lalap ujung ujung nyiur kelapa senja
Aku tau airnya hanya membendung
Kemilau adek bintang, kakak bulan
yang akhir pekan ini tiada tegak di awan awan
lapang rebah takdirku
Hatiku diatas perjalanan nadir
Sementara hidungku menangis
mengeja sebagian biji menanjak bingkai grafitasi
Tumbuh mengakar diatasnya
Namun tiada kecewa sebiji kuku pun
Karena bulanku tak pernah sendiri mengabarkan malam..
Selat sunda, 30 juni 2011
Fauzisar el lambunjiy