INTEGRASI STRATEGI JITU ISTI’AB
DEMI DAKWAH YANG BERKESUKSESAN
Oleh
Ave S. Fauzisar
(Fauzisar El-Lambunjiy)
1113024007
Diajukan
sebagai penugasan fikriyah LKMI-TM 2012
Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Lampung
Bandar Lampung
2012
Bismillahirrahmannirrahim..
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Ikhawani fillah rahimakumullah…
Penulis
teringat dengan sebuah pribahasa yang berkembang dalam masyarakat, “Kejahatan yang terencana akan mengalahkan
kebaikan yang tidak”. Artinya apa?, pernyataan diatas menjadi salah satu
yang memotivasi kaum-kaum yang nyata memperjuangkan kebathilan berdalih akan
mengalahkan kebaikan yang selalu memproklamirkan bahwa “Tenang saja saudaraku,
kebaikan akan selalu menang”. Dan saya salah satu yang membenarkan pernyataan
diatas. Kenapa bisa seperti itu?. Saya yakin, di belahan bumi manapun, sesuatu
yang terorganisir dan direncanakan secara rapi, akan ada kemungkinan presentase
keberhasilan di dalamnya daripada sesuatu yang asal-asalan, tidak ada aturan
dan batas-batas yang jelas. Ibaratnya seperti ini, yang terencana saja belum
tentu berhasil, apalagi yang tidak sama sekali. Termasuk hidup antum semua. Apa
yang antum akan lakukan setelah membaca tulisan ini, kebaikan apa yang antum
akan rencanakan untuk hari ini? Sudahkah itu tertulis dengan rapi?. Kalau itu
semua belum. Maka segeralah saudaraku, saya yakinkan, kebaikan belum tentu akan
menang melawan kebathilan, sejelas dan seterang apapun kebaithilan tersebut.
Dengan sedikit propaganda, dan dasar yang di”abu-abukan” maka akan sangat mudah
kebaikan itu bertransformasi menjadi “musuh” bersama.
Ibarat
dalam film-film action, Penjahat akan
selalu selangkah lebih maju daripada polisi. Nyatanya memang seperti itu, saya katakan,
mereka akan punya seribu juta cara untuk “memaksakan” dengan halus tujuan
mereka. Rencanakanlah dengan rapi maka engkau dicintai Allah :
“Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang bewrperang di jalannya dalam barisan yang teratur, mereka
seakan-akan suatu bangunn yang tersusun kokoh.” (As-Shaff: 4).
Dalam
ayat diatas dalam shaf-shaf bisa di artikan dalam plot-plot masing-masing, keahlian
dan keberagaman masing-masing yang tersusun rapi, dibariskan dan diorganisasikan
dengan baik. Sehingga terlihat kekokohan suatu kelompokatau organisasi tersebut
bahkan dari luar. Kepemimpinan, teladan berdakwah, semuanya bisa kita ambil
pelajarannya dari Shalat berjamaah, kenapa ia 27 derajat lebih besar daripada
sendirian?, teladanan imam atau pemimpin bisa juga kita ambil pelajaran lewat
shalat, imam yang bersedia diingatkan, makmum yang tidak boleh medahuli imam,
kapasitas imam yang eperti apa yang layak memimpin sholat berjamaah, dan lain
sebagainya. Bershaf-shaflah! Sehingga membuat orang kafir segera berfikir
kembali untuk menyerang kebaikan tersebut, dalam hal ini Dakwah kita. Seperti
salah satu dari mereka berkata “saya tidak akan takut pada umat islam kecuali
shalat shubuhnya sudah seramai shalat jum’atnya, artiny kita disini sebenarnya
dinanti-nantikan, dan kita nyata disini dalam kesantai-santaian?. Jadi saya
katakan ini(perencanaan) adalah sebuah
keharusan. Oke, saya akan meyakinkan anda kenapa ini penting dalam beberapa
premis untuk menghilangkan kata “HARUS”.
Ketika dalam satu hari anda tidak
merencanakan apa yang jadi target (saya analogikan sebagai laporan praktikum)
anda untuk anda selesaikan, maka;
1.
Anda
akan kehabisan waktu untuk mengerakan laporan, bahkan untuk sekedar
merencanakan kapan akan anda kerjakan
2.
Kalau
anda kehabisan waktu, banyak hal baik lain yang akan terlewatkan, waktu anda
tidak terencana, akan ada tugas lain yang terkurangi dan terabaikan waktunya.
3.
Anda
akan mengerjakan tugas itu H-1 dan anda kan begadang, memforsir mata anda.
(padahal besok, selain praktikum, ada Kuis MatDas juga.
4.
Oke,
anggap saja anda kesulitan daam mengerjakan Kuis walupun anda selsesai dengan
laporan.
5.
Jelas,
anda kesusahan dan toh, akhirnya nilai matdas anda Jelek.
6.
Nilai
matdas jelek, maka beribas pada hasil KHS akhir (anda belum berubah untuk
merencanakan waktu anda).
7.
Nilai
KHS jelek, anda terpaksa mengambil mata kuliah yang sama di semester depan.
8.
Otomatis,
waktu lama kuliah anda akan semakin lama.
9.
Ketika
anda lama untuk selesai kuliah, semakin
lama anda dapat pekerjaan tetap dan gaji tepat.
10. Semakin lama dan susah pula lah anda cari istri, karena pada
dasarnya (ya, taulah anda,. Wanita)..
Kesimpulannya
: saya lebih baik merencanakan waktu saya mengerjakan tugas (praktikum),
daripada saya semakin lama dan susah cari istri.
Hehehe :D.
Begitupula
dalam dunia dakwah yang menuntut adanya perencanaan yang strategis, rekrutmen,
pembinaan dan pemetaan semuanya kudu terstruktur, di jelaskan fase dan di
matrikskan kapan semua itu akan dicapai. Dalam buku Istii’ab oleh Fathi Yakan,
di jelaskan oeh belianu bahwa keberhasilah dakwah sangat ditentukan oleh Isti’ab.
Isti’ab yang say maksudkan disini adalah Rekrutmen yang harus kemudian
mempunyai kemampuan untuk menarik masyarakat pada islam dan pergerakan yang
ada, karena pada dasarnya tujuan kita hanyalah murni bentuk dakwah itu sendiri,
yaitu da’a –Yad’u yakni mengajak. Urusan ter-ajak atau dapat
hidayah tidaknya sasaran atau objek dakwah kita, semuanya kita kembalikan
kepada Allah azza wajal, namun, kesempurnaan (ya, saya bilang kesempurnaan)
dalam Ikhtiar kita yang jelas akan menentukannya. Seperti saya katakan
sebelumnya, ini untuk menaikkan presentase keberhasilan kita, daripada tidak
sama sekali. Seperti kata pepatah barat katakan “Better late than Never”, Lebih baik telat (dalam merencanakan),
daripada tidak sama sekali.
Betul,
tidak ada paksaan dalam islam, “la,
ikraha fiddin…”namun sebenarnya peran Da’I disini sangat diuji, bagaimana
seorang da’I dapat merekrut masyarakat yang ada di sekelilingnya dengan
“kemampuan untuk memaksa mereka secara halus”, dengan berbagi kapasitas dan
syarat-syarat keberhasilan dakwah yang ia punyai, maka dakwah akan berhasil,
tidak mandul. Sebaliknya jika dakwah tidak memiliki da’I yang mempunyai
kemampuan dalam isti’ab untuk merekrut masyarakat, maka dakwah akan gagal,
sampai ada da’I lain yang diutus Allah untuk menyeru masyarakat itu atau aka
nada “dakwah” lain yang jelas sangat tidak sama dengan lainnya. Inilah
sunnatullahnya akan terus berlaku:
“…Dan kamu sekali-kali tiada kan
mendapati perubahan pada sunnatullah.”
(al Ahzab : 62)
“..
Maka Sekali-kali kamu tidak akan mendapat
penggantian dari sunnah Allah, dan sekali-kali tidak pula akan menemui
penyimpangan bagi sunnatullah itu.” (Fathir : 43)
Artinya,
selain perencanaan eksternal, kita pula kudu memperhatikan internal dari
lembaga dakwah kita, atau bahkan diri kita masing-masing untuk memproyeksikan,
benarkah dakwah ini layak menemui keberhasilan jika kondisi saya seperti ini,
seperti itu?. Mari kita renungkan.
Jadi
secara umum penulis gambarkan, tidak bisa kita mengikuti pribahasa
“sudah..Biarkan saja mengalir seperti air”. Saya katakana tidak bisa. Air itu
selalu tidak pernah bisa konsisten berjalan di jalannya, terlalu mudah
dibelok-belokkan, air jernih sekalipun ketikajatuh di tempat pelimpahan, atau
pembuangan, hasilnya akan sama saja. Tapi jadilah air untuk konsistenitasnya
dapat bahkan memecah batuan sekeras apapun itu.
Wallahu A’lam Bissawab,
Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Fauzisar
El- Lambunjiy,
14
April 2012. Pukul 06.00 AM.