Mari mengeja:
Renungan akhir Tahun
Satu hal yang menggelikan bagi saya
adalah ketika temen2 termasuk temen2 yang saya rasa baca tulisan ini adalah
ketika gupek, suibuk, dan kawan-kawannya, yang saya rasa melupakan sutu hal
yang besar begitu saja. Menganggap perubahan tahun sebagai suatu seremonial, sekedar
selebrasi saja, ya.. tahun berganti, lantas apa?. Seharusnya yang perlu kita
tanyakan pada diri masing-masing adalah apa yang sudah kita perbuat selama 1
tahun ini? 12 bulan, 365 hari, 8760 jam,
525600 menit, 31536000 detik!. Hal baik apa yang sudah kita lakukan? Sudahkah ada
perubahan dalam lingkungan sekitar kita?, jangan terlalu jauh, sudahkah ada
perubahan menuju hal-hal positif dalam bagaimana atau cara kita berfikir dan
bereaksi aktif terhadap apa yang menumbuk kita?, masalah-masalah yang kadang
kita anggap melebihi masalah?.
Ya... sebenarnya bukan
pertanyaan-pertanyaan kosong saja yang saya ajukan pada teman2, yang bahkan
susah untuk dijawab, bahkan oleh saya. Mungkin menjelang pergantian tahun
banyak sekali tulisan macam apa yang saya tulis ini... namun yang perlu saya
tegaskan, tekankan, mohonkan dan harapkan adalah kemauan atau suatu azam atau
semangat yang halus dan tulus untuk serius mau berubah ke jalan yang lebih
baik, mumpung ada momentum!, karena terkadang sebagian dari kita perlu momentum
untuk berubah, perlu pacar atau apa gitu yang baru, baru mau berubah, itu baru
mau aja lho, belum jelas di aplikasikan atau tidak, atau justru setelah yang
disyaratkan suatu hal sebagai tumbal untuk di kultuskan untuk berubahnya kita,
mengeluhkan yang lain yang jika tidak ada ternyata tidak mendukung proses
berubahnya kita. Artinya, kesimpulannya, kita hanya mencari-cari alasan bagi
diri kita sendiri, aduuuh.. .aneh kadang kita ini,, kadang kita ini selalu
merasa tidak puas atau mengeluhkan keadaan yang ujung2nya dijadikan sebagai
alasan untuk membenarkan sesuatu yang kadang salah. 2011 deh gue berubah, 2011
deh gue coba belajar solat, 2011 deh gue
rajin sholat, e.. udah di penghujung
tahun, duh 2012 aja deh yang tadi itu,..2012 udahan, lah 2013 lah, dst dst,
alasan macam apa ini! Coba sih di ganti, makan deh gue, ntar jam 7, ah baru jam
7 ntar malem aja dah, ah, udah malem, besok aja dah, ah masih pagi, ntar siang
aja dh, dst dst. Berani g lo?. Nah mestinya logkanya harus begini kita dalam
berprinsip. Idealis itu kadang diperlukan lho.
Kita ini jarang paus, eh puas,
contohnya tadi saya, beli kaki katak(yeee... ngidam2 udah sejak sma baru
kelakon sekarang, alhamdulillah), masih aja belum puas, duh, kacamatanya jelek,
duh, celananya kurang sip dst dst, atau kadang ketika makan, menjanjikan yah,
setelah makan bakso berhenti makan deh(diet project maksudnye.. J), e.. dateng nasgor kita masih
icip2, dateng gorengan kita nambah, yang jadi kambing hitam justru kedatangan
mereka mereka ini... hhuu,, kasian si nasgor, bakso dan gorengan ini di
salah-salahin kok ndadak dateng menggoda kita.. hadeh2...
Tadi saya mencari data dari teman2
sekelas, untuk menyarankan tempat yang cucok untuk merayakan tahun baru, dan
hasilnya sayang sekali tidak ada satu pun yang menyarankan untuk pergi ke
masjid, bahkan ketika cakupannya sudah mencakup lingkup yang lebih banyak
secara kuantitas cakupannya, hasilnya juga nihil.
lumayan kan MABIT (malam bina islam
dan taqwa) setahun, ngaji, upgrade ilmu agama setahun,hheee.. J. Saya justru
memberikan apresiasi pada temen2 ADK yang justru walaupun tidak banyak, masih
sadar, dimana banyak orang2 di luar sana tersesat dalam kubangan pragmatisme
yang menyesatkan dan menghanyutkan. Bayangkan! ketika justru apa yang kita
lakukan tidak berorientasi pada apa dan siapa yang memberi kita semua hidup.
Satu hal yang saya gelikan lagi
adalah sifat hedonisme dan konsumerisme yang sangat parah dan bodoh berkaitan
dengan hura-huranya sebagian dari kita ketika tahun baru menjelang, hal ini
menjadi aneh bagi saya, ketika kadang kita berpikir hal tersebut adalah hal
yang sangat sepele, justru dari yang sangat sepele itu kadang kita lupa akan
hikmahnya.. pikirkan dan bayangkan seandainnya 1 kembang api standar yang hanya
5 kali meletup seharga kurang lebih 50 ribu rupiah yang satu keluarga bisa
lebih dari dua artinya setiap anggota keluarga bisa beli satu, coba kita
alihkan anggaran tersebut untuk hal yang lebih bermanfaat yakni di sumbangkan
mungkin ke lembaga amal kek...
Pasti ada saja alasan untuk memblok semua
anjuran n logika dari saya, “hey, satu tahun sekali,.. kapan lagi hura2, kapan
lagi mbakar kembang api, mbakar duit, foya-foya, hidup Cuma sekali!.”.. boy... kalau
semua orang di dunia ini berfikir seperti itu, kacau lah sudah semuanya, budaya
yang buruk dan dipaksakan diteruskan dengan argumentasi yang lemah, mari coba
kita balik pernyataannya, kapan lagi, sekali2 tahun baru setahun sekali tidak
membakar kembang api, sekali-sekali tinggal menikmati, tanpa perlu repot menyalakan, resikonya besar, kan kadang berbahaya. Dan kita
alokasikan dana yang cukup besar itu untuk hal yang lebih baik. Kadang justru
untuk merasa merasakan derita saudara2 kita yang bahkan di tahun baru masih susah
untuk makan malam, justru sedih ditengah gemerlap kembang api, karena sarapan
pagi belum pasti menanti.
Coba teman2 lihat faktanya, berapa
triliun dana yang dikeluarkan untuk merayakan
tahun baru di satu negara, sedunia ini, dan coba kita satukan dana
tersebut untuk membantu saudara2 kita yang kurang beruntung, saya rasa akan
sangat membantu... betul tidak?.
Selanjutnya terompet, aiiih kenapa
sih teman kalian satu ini sering protes... “kenapa juga sih tahun baru harus
identik dengan terompet, bukannya saya tidak suka, tapi sebagai muslim alangkah
baiknya, daripada ribut dan meributkan atau menyesakkan gendang2 telinga kita
untuk suara terompet yang menyesakkan, mending diganti dengan membaca al-qur’an,
menghayatinya, kapan lagi kan, baca al-qur’an setahun. Hhohohohoho..
Wallahu alam bissowaab
31 Desember 2011 pukul 21.00 WIBL