melepas kerinduan
Semua tampak lebih hijau di awal musim penghujan kali ini, tanah halaman yang retak menggumpal yang tidak bisa menyembuyikan basahnya akan terkelupas ketika disapu dengan beberapa helai helai lidi bersamaan dengan dedaunan ranting coklat-kuning basah oleh hujan kemarin sore, tanah yang lebih lembab dari yang lain menjadi licin ketika di injak.menjatuhkan.
Pagi ini adalah pagi pertamaku di kampong halaman, setidaknya setelah sekian lama,rasanya begitu nikmat bisa merasukkan bau udara tanah kelahiran di rongga dada.
Beranjak sore kemudian, ketika anak-anak berkejaran-gembira menggenggam beberapa rupiah, hadiah puasa penuh kemarin, dibelikan petasan takut-takut menyalakan kemudian lari. Mejauh menutup telinga. Dan DHUAR!
Bau bubuk misiu segera memenuhi udara, meraka beringsut kegirangan. Lonjak-lonjak.
Dan ketika azan menggema di langit-langit senja, hijaunya rerumputan dan pepohonan yang mulai menghitam seakan memberikan kesan;
”O anak manusia, barangsiapa yang masih ragu atas nikmat Tuhan kau. –pada dasarnya,,
-lihatlah dirimu dan sekelilingmu, gunakan total akal-otak dan sedikit saja hatikau. Biarlah detik demi menit berlalu, MAKA BERSYUKURLAH!!”---
Diatas Perantauan
Beginilah adanya aku Adinda,
Menjauhimu karena takut jauh
dari-Nya
Bau matahari tercium diatas bibir
saat angin buritan menerpa,
wajah kusut-masai ini
Memainkan gurat-guratnya
Kini diatas selat O Adinda
Mendekat memenuhi panggilan Ibunda
sedang, merapatkan ketaatan di jauhnya
arah memisah kerinduan
Pun tak dapat sejauh biru ombak bergelombang
menyampaikan seberkas pesan
Apalah desau angin yang menggertak tiba
dalam hitungan satu-dua kedipan
Sudahlah cukup kasihNya hari ini dan kemarin
Untuk penyedap angin senja kita
dalam imagimu
O, diatas perantauan Adinda,
Seharusnya kau tau,.
--Tribuana 1, Selat Sunda
28 Agustus 2010
----20 Agustus 2010
“Aku adalah gunung Adinda,..
terlihat kokoh, indah, menyedapkan mata dari kejauhan,..
Tapi setelah kau daki puncaknya,
Kau pelajari ngarai dan lerengnya,
Gunung itu penuh dengan jurang, perdu-perdu, belukar berduri,
bebatuan tajam yang memenuhi di beberapa sisi.
Sudahlah Adinda, itulah aku”--
Rabu, 25 Agustus 2010
Senja biru~
kala itu
Kutangkupkan kening
diatas sajadah nikmat
Tenggelam dalam sujud
Atas kasih-Nya di setiap tarikan nafas,
mengadu keluh-kesah
lebih dari kepada ibu
tentang cinta, cita-
cobaan, ujian, hukuman,
hidup.
Ya Rabb. teguhkan hati ini
mencintainya atasMu.
Cukuplah penangguhanMu
menjadi angin senja penyangga
ketaatan kami.
jogja, 11 ramadhan 1431 H
21 Agustus 2010 M
fauzisar El-Lambunjiy
0 komentar:
Post a Comment